. November 2011 | ABA Istimewa

Google Translate

Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German Spain Italian Dutch

MELALUI EPIGENETIK - AUTISME BISA DISEMBUHKAN DENGAN OBAT

Melalui Epigenetik - Autisme Bisa Disembuhkan Dengan Obat
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Melalui Epigenetik - Autisme Bisa Disembuhkan Dengan Obat || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Pernah dengar mengenai epigenetik? Mungkin bahkan untuk umumnya dokter, hal ini masih asing, oleh karena memang merupakan ilmu yang relatif baru (kata epigenetik sendiri sudah lama ada, tetapi penggunaannya sebagai ilmu yang berhubungan relatif baru).

Pada ilmu genetika, dikenal istilah genotip dan fenotip. Pengertian genotip secara mudahnya adalah susunan genetik yang merupakan dasar dari karakter suatu individu. Sedangkan pengertian fenotip adalah ciri yang tampak/terlihat secara fisik, biasanya berhubungan dengan ukuran, warna, bentuk, sifat/kecenderungan, rasa (ump buah), dlsb.
Suatu susunan genetik (genotip) bisa berbeda dengan penampakan/ekspresinya (fenotip). Contoh misalnya golongan darah. Seseorang yang mempunyai genotip OO maka fenotip golongan darahnya O, begitu juga dengan genotip AA maka fenotipnya golongan darah A.
Jika orangtua mempunyai genotip OO dan AA, maka kemungkinan anak-anaknya mempunyai genotip OO (fenotip O), genotip OA (fenotip A), genotip AO (fenotip A), dan genotip AA (fenotip A).
Jadi, suatu genotip bisa diekspresikan/ditampakkan sebagai fenotip secara berbeda dengan genotipnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan epigenetik yaitu ilmu yang mempelajari perubahan dari suatu fenotip (penampakan) yang disebabkan oleh suatu hal/mekanisme yang bukan karena terjadinya perubahan dari genotip (tanpa terjadi perubahan susunan DNA) suatu individu. Perubahan tersebut bahkan bisa bertahan sampai beberapa generasi.

Kata epi pada epigenetik berasal dari bahasa Yunani yang berarti “on top of” (di atas, ditumpangi) atau “in addition to” (tambahan pada) genetik.

Penelitian epigenetik dimulai pada kembar identik (satu telur) yang kemudian mempunyai perbedaan-perbedaan pada berbagai hal, misalnya adiksi, kanker, homoseksual, berbagai sindrom, dlsb, termasuk pada autisme. Berbagai orang tersebut yang merupakan pasangan dua individu kembar identik, kemudian diteliti perbedaan yang terdapat pada susunan DNA/kromosom/genetiknya. Kemudian ditemukan hal-hal yang menarik, seperti misalnya dua orang yang kembar identik namun salah satunya homoseksual, padahal mereka tumbuh bersama dengan makanan yang sama, lingkungan yang sama, teman-teman yang sama, dlsb yang serba sama. Yang menariknya, ternyata kedua individu tersebut sebenarnya tidak mempunyai genetik homoseksual namun salah satunya terdapat hal yang berhubungan dengan epigenetik ini, sehingga fenotipnya menjadi homoseksual. Begitu juga sebaliknya, yaitu keduanya mempunyai genotip homoseksual, namun salah satunya terdapat hal yang berhubungan dengan epigenetik ini, sehingga fenotipnya menjadi heteroseksual (bukan homoseksual).

Jadi, sesuatu yang menumpang/menambah pada suatu susunan/rangkaian DNA/kromosom/genetik, akan menyebabkan suatu genotip menjadi on atau off (expressed atau suppressed) sehingga fenotipnya berbeda dengan genotipnya.
Proses yang berhubungan dengan itu, merupakan proses metilasi. Semakin suatu area genom termetilasi, maka semakin kurang aktif area tersebut. Di samping bisa juga terjadi proses asetilasi, ubikuitilasi, fosforilasi, dan sumoilasi.

Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di Albert Einstein College of Medicine of Yeshiva University, menemukan bahwa otak penyan dang autisme secara struktur normal namun terjadi disregulasi, dan disimpulkan bahwa autisme merupakan keadaan yang reversibel (dapat sembuh kembali) dengan obat-obat baru. Peneliti-peneliti tersebut menemukan adanya gangguan yang berhubungan dengan epigenetik pada locus coeruleus–noradrenergic (LC-NA), yaitu sistem yang terlibat pada autisme, yang mengontrol demam maupun perilaku.
LC-NA ini merupakan pusat dari kemampuan kognitif kompleks, perhatian, memproses informasi indera, mensekresi noradrenalin (nerostransmiter yang berperan pada mekanisme arousal (peningkatan aktivitas fisiologikal) seperti “fight or flight”, dlsb.
Pada penelitian lain, didapatkan masalah yang berhubungan dengan epigenetik pada autisme yaitu pada kromosom 15q11–13, 15q dan 7q s.

Dengan berbagai penelitian yang dilakukan secara intensif untuk mempengaruhi epigenetik ini, maka insya ALLAH tidak lama lagi, mungkin tinggal selangkah lagi kelak autisme bisa disembuhkan dengan obat. Pertanyaannya bukan “if” (akankah, mungkinkah) tetapi “when” (kapan). Tinggal menunggu waktu saja untuk mendapatkan obat sebagai magic-bullet atau smoking-gun yang dapat menyembuhkan autisme.

SEMUA PENYAKIT PASTI ADA OBATNYA

Bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Berobatlah wahai hamba-hamba Alloh, sesungguhnya alloh tidak menciptakan suatu penyakit, kecuali menciptakan obatnya….diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.” ( Dishohihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim).
Begitu juga didalam hadits Ussamah bin syarik dari Nabi SAW : “Berobatlah wahai hamba-hamba Alloh, sesungguhnya Alloh tidak menciptakan suatu penyakit kecuali menciptakan pula obatnya, kecuali satu penyakit saja yaitu tua renta.”(Dishohihkan oleh Tirmidzi, Hakim, dan Ibnu Khuzaimah. Dalam redaksi lain, …”kecuali as-sa’m”, yakni kematian.).
Juga disebutkan didalam hadits lain dari Jabir : “Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat tepat mengenai penyakit, maka akan terwujud kesembuhan dengan izin Alloh Ta’ala.” (HR. Muslim).
Terdapat pula didalam riwayat Anas : “Sesungguhnya Allah ketika menciptakan penyakit, pasti menciptakan obatnya, maka hendaklah kalian berobat!”. (HR. Ahmad).

Read more »

TERAPI INTERVENSI DINI PADA AUTISME

Terapi Intervensi Dini Pada Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Terapi Intervensi Dini Pada Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Yang dimaksud dengan Intervensi Dini yaitu terapi/tatalaksana yang dilakukan terhadap anak dengan usia sejak lahir sampai dengan usia 3 tahun (terapi/tatalaksana dimulai sebelum usia 3 tahun) yang dilakukan pada anak-anak yang memiliki kecacatan (disability), keterlambatan perkembangan (developmental delay) atau yang berisiko untuk keterlambatan yang signifikan.

Yang dimaksud dengan developmental delay yaitu jika seorang anak tidak menguasai suatu tahap perkembangan sesuai dengan patokan-patokan perkembangan pada waktu-waktu yang seharusnya sudah dikuasai.
Keterlambatan ini bisa terjadi pada satu bidang atau lebih, misalnya masalah pada kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosial, atau berpikir/kepandaian.
Per definisi, keterlambatan ini tidak hanya berlangsung sementara, tetapi terus berlanjut jika tidak dilakukan intervensi.

Yang dimaksud dengan disability yaitu ketidak-mampuan seseorang dalam hal fisik, kognitif, mental, panca-indra, emosional, perkembangan, atau kombinasi hal-hal tersebut.
Disability ini meliputi berbagai hal, yaitu misalnya impairment yaitu masalah fungsi atau struktur tubuh, keterbatasan aktivitas yaitu kesulitan untuk melakukan suatu tugas (task) atau aksi, keterbatasan partisipasi yaitu masalah pada seseorang untuk terlibat pada kehidupan sehari-hari.
Secara singkatnya, disability yaitu terdapat masalah pada tubuh/bagian-tubuh seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya sesuai dengan standar yang ada di masyarakat atau yang umum disebut sebagai normal.
Suatu disability dapat terjadi sejak dalam kandungan, saat lahir, atau segera setelah lahir ataupun setelah itu.

Umumnya suatu kelainan hanya melibatkan salah satu bidang saja pada bidang reseptif/sensorik (kemampuan penginderaan), kognitif (kemampuan pemahaman/kecerdasan), atau ekspresif (kemampuan mengungkapkan/menyatakan apa yang ada di dalam pikirannya).
Pada autistik, umumnya ketiga bidang tersebut terkena dampaknya. Sehingga, pada masalah yang “hanya” meliputi satu bidang saja harus dilakukan intervensi dini, maka apalagi pada autistik yang meliputi seluruh ketiga bidang tersebut, yaitu harus dan tidak bisa ditawar lagi untuk dilakukan intervensi dini.

Alasan untuk intervensi dini yaitu sehubungan dengan plastisitas otak, di mana sebelum usia 3 tahun otak relatif jauh lebih plastis dibandingkan dengan di atas 3 tahun.
Plastisitas otak (brain/neuroplasticity) atau disebut juga pemetaan-kembali otak (cortical re-mapping), adalah kemampuan otak manusia untuk berubah sesuai dengan pengalaman/stimuli (rangsangan-rangsangan) yang didapat/diterima oleh otak, yaitu dimana otak yang terdiri dari sel-sel syaraf (neuron) dan sel-sel glial (neuroglial, berasal dari bahasa Yunani glia yang berarti lem. Yaitu sel-sel non-neuron yang memelihara homeostasis, membentuk myelin/selubung-saraf, serta memberi dukungan dan perlindungan bagi sel-sel neuron) saling berhubungan, dimana berbagai stimuli yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan pada kekuatan koneksi satu-sama-lain, atau terjadi penambahan/penghilangan suatu koneksi, atau terbentuknya sel-sel baru.

Penelitian membuktikan bahwa pemberian stimuli (proses pembelajaran) yang tepat dapat merubah perilaku dan kognisi karena terjadi modifikasi koneksi-koneksi antara sel-sel neuron yang ada, maupun terjadinya pembentukan sel-sel neuron baru (neurogenesis).

Sampai dengan abad 20, sebelumnya diyakini bahwa sel-sel otak tidak dapat berkembang setelah periode usia tertentu, dan sel-sel otak yang sudah “mati” tidak dapat “hidup” kembali, serta (terutama) tidak bisa “terlahirnya” sel-sel neuron baru (neurogenesis).
Namun penelitian-penelitian modern membuktikan bahwa hal-hal ini bisa/mungkin terjadi, bahkan pada seluruh bagian otak, di sepanjang usia. Neroplastisitas ini dapat merubah struktur (anatomi) otak maupun fungsinya (fisiologi).

Hasil terbaik adalah jika intervensi mulai dilakukan sebelum anak berusia 3 tahun, yang disebut sebagai intervensi dini.
Penundaan dimulainya terapi akan mempengaruhi hasil jangka panjang (mengurangi keberhasilan).
Bagaimana jika anak sudah berusia di atas itu atau jauh di atas itu? Mohon diperhatikan bahwa alasan intervensi dini adalah karena di bawah usia 3 tahun, otak relatif *lebih* plastis dibanding di atas usia 3 tahun. Jadi, usia berapapun seorang anak autistik, harus dan bisa dilakukan intervensi, namun tidak lagi disebut sebagai intervensi dini, dan hasilnya kemungkinan besar akan berbeda jika intervensi dilakukan dini.

Read more »

PENYEBAB AUTISME

Penyebab Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Penyebab Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Terjadinya autisme yaitu oleh karena adanya dasar faktor genetik yang dipengaruhi dan.atau dipicu oleh faktor lingkungan seperti misalnya infeksi rubella/cytomegalovirus, polutan/intoksikasi logam berat, dan vaksinasi campak/MMR (yang masih menjadi kontroversi), dll.
Faktor genetik yang berperan sangatlah komplek dan masih dalam penelitian, apakah terjadi mutasi yang langka pada gen ataukah kombinasi dari beberapa varian umum pada gen. Terdapat 7 buah gen yang terlibat dalam autisme, dimana empat diantaranya terdapat pada gen yang ditemukan pada kromosom otosomal 3, 7, 13, dan 15, sedangkan 3 lainnya terdapat pada kromosom X.

Faktor genetik dan lingkungan, sering diibaratkan sebagai peluru dalam pistol dan pelatuknya. Peluru diibaratkan sebagai dasar genetik, yang tidak akan meledak jika tidak ada pemicu dari faktor lingkungan.
Demikian juga sebaliknya, tidak mungkin terjadi ledakan jika tidak ada peluru (sebagai dasar generik), walaupun dipicu oleh berbagai faktor lingkungan. Apalagi jika tidak ada dasar genetik (sebagai peluru), maupun pengaruh faktor lingkungan sebagai pemicu.
Barulah terjadi ledakan (ASD) jika terdapat peluru (faktor genetik) yang dipicu oleh pelatuk (faktor lingkungan).
Inilah mungkin yang bisa menerangkan tentang kontroversi hubungan antara ASD dengan vaksin yang mengandung thimerosal (air raksa) maupun vaksin MMR. Yaitu dasar faktor genetik terjadinya cukup langka, dan kalaupun ada harus dipicu oleh faktor lingkungan yang tepat yang menyebabkan terjadinya proses otoimun di otak (sebagai contoh kaitan dengan vaksin MMR).

Terdapat bukti bahwa masalah genetik pada autisme ini dapat melemahkan sistem imun. Juga terdapat bukti bahwa virus dapat memicu autisme, yaitu misalnya infeksi rubella saat trimester pertama kehamilan, begitu juga dengan cytomegalovirus.
Beberapa vaksin juga diyakini berkaitan dengan autisme, yaitu komponen campak pada vaksin MMR, dan komponen pertusis padan vaksin DPT.
Selain itu, toksin-toksin dan polutan-polutan dari pencemaran lingkungan/pabrik juga bisa memicu terjadinya autisme.

Read more »

JEPANG MENGHENTIKAN PENGGUNAAN VAKSIN MENINGITIS DAN PNEUMONIA

Jepang Menghentikan Penggunaan Vaksin Meningitis Dan Pneumonia
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Jepang Menghentikan Penggunaan Vaksin Meningitis Dan Pneumonia || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Kementerian Kesehatan Jepang telah menghentikan penggunaan vaksin meningitis dan pneumonia, setelah terdapat 4 kematian berturut-turut yang terjadi di Jepang pada bulan Februari dan Maret 2011 ini, pada anak-anak berumur 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan 2 tahun,.

Kematian tersebut terjadi tidak lama setelah mereka mendapat vaksin meningitis yang diproduksi oleh Pfizer dan Sanofi-Aventis. Walaupun kematian tersebut masih dalam penyelidikan apakah memang berkaitan dengan vaksinasi yang dilakukan terhadap mereka, namun agar supaya tidak terjadi kepanikan maka Kementerian Kesehatan Jepang memutuskan untuk segera menghentikan penggunakan vaksin pneumonia dan meningitis sampai adanya hasil dari penyelidikan.

Kementerian Kesehatan Jepang juga menghentikan penggunaan vaksin ActHIB yang diproduksi oleh Prevenar Pfizer dan Sanofi, sampai ada kejelasan apakah kematian-kematian tersebut memang disebabkan oleh vaksin.

Read more »

KONTROVERSI HUBUNGAN ANTARA VAKSIN DAN AUTISME

Kontroversi Hubungan Antara Vaksin Dan Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Kontroversi Hubungan Antara Vaksin Dan Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Sampai saat ini, masih berlangsung kontroversi/perdebatan mengenai hubungan antara vakstin dan autisme. Namun telah banyak laporan terjadinya regresi autistik beberapa minggu setelah seorang anak mendapat vaksin. Laporan yang paling sering adalah regresi autistik oleh karena MMR. MMR dikaitkan dengan autisme melalui proses autoimun. Sedangkan vaksin lainnya yang dikaitkan dengan autisme adalah beberapa vaksin Hepatitis B dan DPT, yang disebabkan oleh merkuri (thimerosal) yang dikandungnya.

Boyd Haley, seorang profesor ahli kimia menerangkan bahwa batas aman yang ditetapkan oleh EPA (Environment Protection Agency) untuk paparan merkuri dalam makanan adalah 0,1 mikrogram per kilogram berat badan. Sedangkan merkuri dalam vaksin (thimerosal) kadarnya 12,5 mikrogram yang berarti 125 kali jauh lebih tinggi dari batas aman dari EPA.
Sehingga vaksin yang mengandung thimerosal hanya aman jika berat bayi anda adalah 125 kilogram!!! Terlebih lagi thimerosal ini disuntikkan, sehingga menyebabkan lebih toksik, ditambah lagi berikatan dengan alumunium yang meningkatkan nerotoksisitasnya.
Sehingga tidak benarlah jika ada dokter yang mengatakan bahwa thimerosal jumlahnya relatif kecil sehingga bisa diabaikan atau tidak perlu dikuatirkan.
Selain itu, masalahnya pada (calon) penyandang autisme kurang mampu untuk mengeliminasi/mendetoksifikasi bahan-bahan toksik termasuk merkuri ini, sehingga terjadi penumpukan (kumulasi) merkuri yang didapat dari vaksinasi serial ini, kemudian merkuri-merkuri tersebut akan terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh, termasuk otak dan merusak sel-sel syaraf (neuron dan neurit/dendrit)..

Sejak diperkenalkannya vaksin MMR, maka terlihat bahwa angka kejadian penyandang baru autisme sangat meningkat. Kejadian ini bukan hanya berkebetulan (koinsidens), namun benar-benar merupakan hal yang nyata.
Di California misalnya, sejak vaksin MMR diperkenalkan pada tahun 1978, jumlah penyandang autisme semakin meningkat setiap tahunnya. Yaitu yang biasanya ditemukan kurang dari 200 pasien baru per tahun, meningkat menjadi hampir 600 orang per tahunnya pada tahun 1990-an.
Begitu juga di Inggris, vaksinasi MMR mulai dilakukan pada tahun 1988, sejak itu terjadi peningkatan jumlah penyandang baru autisme. Yaitu yang biasanya kurang dari 250 per tahunnya, terus meningkat sampai hampir 400-an per tahun pada awal tahun 1990-an, dan hampir 600 pada tahun 1995-1996.

Dari hasil penelitian (Lancet, 1998), diketahui hubungan antara vaksin MMR dengan autisme yaitu kemudian kaitannya lebih lanjut dengan terjadinya hiperpermeabilitas (peningkatan permeabilitas) usus, suatu keadaan yang disebut leaky gut syndrome.
Itu merupakan kemungkinan pertama di mana autisme merupakan akibat tidak langsung dari vaksin MMR. Sedangkan akibat langsung dari MMR yang menyebabkan autisme diketahui dari hasil penelitian Dr Vijendra Singh.
Singh menemukan bahwa sebanyak 80% (dari 400 kasus dan kontrol) anak-anak autistik memiliki otoantibodi terhadap myelin basic protein (MBP) yaitu jaket yang menyelimuti serabut syaraf, sehingga serabut syaraf bersangkutan tidak lagi berfungsi karena tidak dapat menghantarkan sinyal. Dan, semakin banyak jumlah antibodi terhadap virus campak, semakin banyak pula anti-MBP, sehingga semakin luaslah kerusakan di otak.
Antibodi tersebut jarang ditemukan pada anak normal/kontrol (0-5%). Singh menyimpulkan bahwa autisme disebabkan oleh respons otoimun spesifik terhadap MBP yang menyebabkan kerusakan myelin pada otak yang sedang berkembang. Akhirnya, dengan adanya kerusakan \'perkabelan\' otak maka terjadilah autisme.

Riwayat pemberian vaksin (vaksinasi) dimulai sejak Edward Jenner pada tahun 1796 melakukan vaksinasi cacar, kemudian dari abad ke abad berikutnya ditemukanlah berbagai vaksin untuk melawan berbagai penyakit infeksi. Sehingga saat ini, sebelum anak mencapai usia 2 tahun, anak telah diberondong dengan berbagai jenis vaksinasi, sehingga paling tidak telah mendapat vaksin sebanyak 13-18 kali, yang terdiri dari BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B, meningitis (HIB), dan MMR. Dalam sejarah pemberian vaksin, terbukti bahwa telah banyak terjadi reaksi buruk (adverse reaction) setelah anak mendapat vaksinasi.

Dulu, dalam suatu kuliah pada Fakultas Kedokteran di Harvard University, dikatakan bahwa bila kita menemukan satu orang saja penyandang autisme dalam praktek, itu sudah terlalu banyak. Sedangkan saat ini banyak sekali dapat kita jumpai penyandang autisme, bahkan di tempat-tempat umum sekalipun (mal dll).

Pada pertengahan abad yang lalu, ketika vaksinasi hanya terdiri dari 4 macam (difteri, tetanus, pertusis, dan cacar), autisme sangat jarang ditemui. Sejak diidentifikasinya autisme pertama kali pada tahun 1943, autisme hanya dijumpai kurang dari 1 di antara 10.000 anak. Saat ini di Amerika, terdapat 1 penyandang autisme dalam setiap 68 keluarga.
Selain itu, gangguan perkembangan yang lebih ringan, misalnya ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) juga jarang ditemukan sebelum jaman vaksin, namun saat ini terdapat 4juta anak ADHD di Amerika.
Juga diketahui bahwa 1 di antara 6 anak Amerika masuk dalam kategori LD (Learning Disabled). Angka-angka sedemikian besar ini sudah dapat dikatakan wabah! Wabah autisme! Sedangkan selama ini tidak pernah diketahui adanya wabah pada penyakit-penyakit genetik, oleh karena itu tentulah faktor lingkungan yang berperan pada peningkatan terjadinya autisme.

Selain itu juga, banyak anak di Amerika mengalami epidemi penyakit-penyakit autoimun, seperti diabetes tipe I, artritis rematoid, asma, dan gangguan pencernaan. Terdapat peningkatan 17 kali lipat pada diabetes tipe 1, yaitu dari 1 di antara 7.100 anak pada tahun 1950 menjadi 1 di antara 400 saat ini. Artritis rematoid pada anak menimpa 300.000 anak, yang mana penyakit ini sangat jarang pada 25 tahun yang lalu sehingga tidak terdapat data statstik tentang hal ini di kantor departemen kesehatan. Terjadi peningkatan sampai 4 kali pada asma, dan gangguan pencernaan juga sudah umum dijumpai dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu.

Terdapat sejumlah data yang semakin banyak tentang dampak vaksin terhadap gangguan kesehatan anak-anak. Di antaranya hipotesis bahwa vaksin menyebabkan gangguan sistem nerologis dan sistem imun, yang disebabkan pemberian sejumlah vaksin pada anak-anak dalam rentang waktu yang dekat.
Yaitu telah diketahui bahwa otak juga memiliki sistem imun khusus tersendiri, yaitu sel-sel mikroglia. Ketika seseorang mendapat vaksinasi, mikroglia ini teraktivasi. Pemberian vaksinasi yang jaraknya dekat akan menyebabkan over-stimulasi dari mikroglia, sehingga mereka melepaskan berbagai elemen toksik seperti sitokin, kemokin, eksitotoksin, protease, komplemen, dan radikal bebas, yang dapat merusak sel-sel otak dan hubungan-hubungan sinaptiknya (JANA, 2003;6(4):21-35. \"Interaction of Cytokines, Excitotoxins, Reactive Nitrogen and Oxygen Species in Autism Spectrum Disorders\"; JAPS 2004;9(2):46—52: \"Chronic Microglial Activation and Excitotoxicity Secondary to Excessive Immune Stimulation: Possible Factors in Gulf War Syndrome and Autism,\").

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, oleh karena perkembangan otak manusia paling pesat terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, maka sebaiknya vaksinasi tidak diberikan pada anak-anak yang berisiko tinggi terhadap autisme, sampai adanya penelitian randomized controlled yang membuktikan keamanannya. Pengecualian pada vaksin hepatitis B jika ibunya positif terhadap penyakit tersebut.
Kemudian, paling tidak setelah usia 2 tahun, jika ingin divaksinasi, pemberian vaksin ini hanya maksimal 1 jenis dalam 6 bulan (agar supaya sistem imun mempunyai cukup waktu untuk pulih dan stabil), satu-demi-satu secara terpisah/tersendiri, jangan digunakan vaksin gabungan DPT/DTaP, MMR, dll. Namun terdapat juga kasus terjadinya regresi autisme pada beberapa anak usia 3-4 tahun ketika dilakukan vaksinasi masal MMR di Inggris.
Sebaiknya juga hindari penggunaan vaksin yang mengandung virus hidup, yang terdapat pada MMR (gabungan), varicella (cacar air), serta vaksin polio Sabin. Jadi, mungkin sebaiknya hanya 4 vaksin yang diberikan, yaitu Pertusis (yang aseluer / aP, bukan yang seluruh sel / P), difteri (D), tetanus (T), dan vaksin Polio Salk.

Jepang yang merupakan negara maju telah melarang vaksin MMR sejak tahun 1993 setelah 1,8 juta anak mendapat MMR dan terjadi sejumlah meningitis non-viral dan reaksi buruk lainnya.
Pemerintah Jepang menyadari adanya masalah sehubungan dengan MMR setelah vaksin ini diwajibkan mulai tahun 1989, dan dikenakan denda bagi yang menolak vaksin MMR tersebut.
Setelah itu terdapat hampir 1000 klaim kompensasi sehubungan dengan akibat buruk dari MMR.
Pada tahun 1999, pemerintah Jepang mempertimbangkan kembali pemberian MMR, tetapi diputuskan bahwa lebih aman untuk tetap m elarang MMR, dan tetap melanjutkan penggunaan vaksinasi terpisah antara measles (campak), mumps (parotitis/ gondongan), dan rubella (campak Jerman).

Pemerintah Jepang menyadari adanya masalah dengan MMR segera setelah mulai mewajibkan vaksinasi pada April 1989. Suatu analisis selama tiga bulan menunjukkan bahwa terjadi masalah pada 1 anak dari setiap 900 injeksi. Dan ini adalah 2.000 kali lebih tinggi dari yang diperkirakan (expected rate) yaitu 1 dari 200.000.
Dr. Hiroki Nakatani, direktur divisi penyakit menular dari Departemen Kesehatan Jepang mengatakan bahwa pemberian vaksin terpisah memang menyebabkan biaya dua kalinya dibanding MMR, tetapi beliau mengatakan bahwa mereka percaya hal ini lebih berharga (yaitu anak lebih berharga dibanding uang).

Kementerian Kesehatan Jepang pada tahun 2002 mengatakan bahwa dengan dilarangnya/dihentikannya vaksin MMR di Jepang, tidak terjadi peningkatan kematian akibat penyakit campak. Bahkan angka kematian akibat campak lebih tinggi dalam kurun waktu saat masih digunakannya vaksin MMR, dibandingkan setelah diberikan secara terpisah.
Hal ini dikemukakan dalam rangka menangkis tudingan PM Inggris Tony Blair yang memberi contoh betapa bahayanya jika tidak dilakukan vaksinasi MMR di Jepang.
Padahal, untuk diketahui, bahwa Leo Blair sendiri yang merupakan anak bungsu dari PM Tony Blair, tidak divaksinasi MMR. Sejak dipertanyakan oleh masyarakat Inggris pada tahun 2002 dan sampai saat inipun masih dipertanyakan apakah Leo Blair sudah mendapat vaksinasi MMR atau belum. Sebagai tambahan Cherrie Blair (istri dari PM Tony Blair), yang adalah seorang ahli hukum, adalah orang yang skeptis terhadap berbagai hal, termasuk tidak percaya terhadap manfaat vaksin.

Perlu diketahui oleh orangtua, bahwa jika anak tidak mendapat suatu vaksinasi, maka anak tersebut mempunyai risiko lebih tinggi untuk tertular penyakit infeksi yang bersangkutan dibandingkan anak yang sudah diimunisasi.
Namun di alam ini dikenal suatu fenomena yang disebut sebagai herd-immunity (kekebalan kelompok/komunitas). Herd-immunity ini bisa terjadi jika 70an sampai 80an persen dari seluruh populasi (penduduk) telah mendapat imunisasi penyakit tersebut. Sehingga hal ini memperkecil kemungkinan seorang anak dengan high-risk autism tertular penyakit infeksi tersebut.

Oleh karena itu, orangtua harus secara bijaksana mempertimbangkan diberikan atau tidak diberikannya vaksinasi kepada anak-anak yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya autisme (high-risk autism).
Seorang bayi/anak termasuk dalam high-risk autism jika di dalam keluarga besar mereka terdapat:
  1. Penyandang autisme,
  2. Penyakit otoimun (Lupus, Jantung Rematik, Artritis Rematoid, dll),
  3. Gangguan jiwa (skizofren, dll),
  4. Penyakit genetik (sindrom Down, maple syrup urine disease, dll),
  5. Gangguan perkembangan yang lainnya (gangguan belajar/learning disability, retardasi mental, terlambat bicara, dll).

Read more »

MASALAH RIVALITAS PADA SAUDARA KANDUNG PENYANDANG AUTISME

Masalah Rivalitas Pada Saudara Kandung Penyandang Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Masalah Rivalitas Pada Saudara Kandung Penyandang Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Saudara kandung dari anak autistik bisa menganggap anak autistik adalah rivalitas (saingan) yang mencuri seluruh perhatian dan milik/harta-benda dari mereka, oleh karena umumnya perhatian orangtua dan seluruh keluarga terpusat bahkan tersedot pada anak autistik mereka, sehingga mereka kurang memperhatikan bahkan seperti menelantarkan anak(-anak)nya yang lain, sehingga timbul kecemburuan pada anak(-anak) tersebut yang bisa bermanifestasi dengan menyerang bahkan membahayakan saudaranya yang autistik, dan/atau menjadi anak yang bermasalah atau anak nakal.

Beberapa saudara kandung anak autistik mengalami kecemasan, kemarahan, kecemburuan, malu, terlantar dan kesepian. Saudara kandung anak autistik juga mengalami fase-fase penerimaan (coping mechanism) yang juga dialami oleh orangtua. Jadi perlu diingat, bahwa yang membutuhkan pertolongan tidak hanya anak autistik kita, tetapi juga kakak/adik mereka. Dari hasil penelitian, respons anak-anak yang mempunyai adik/kakak yang autistik tergantung dari banyak faktor yang meliputi umur, temperamen, kepribadian, urutan kelahiran, jenis kelamin, perilaku dan contoh dari orangtua, dan pengaruh ada/tidaknya dukungan formal maupun informal.

Perlu diingat bahwa orangtua merupakan contoh (model) perilaku yang penting bagi saudara kandung anak autistik dalam menata emosi mereka, sehingga orangtua perlu berhati-hati dalam perilakunya sendiri. Bantu mereka belajar cara mengatasi dan menata emosi mereka, dengan cara yang sabar, penuh pengertian, dan bimbingan serta arahan dari orangtua ataupun profesional jika diperlukan. Perhatikan dan hargai apa yang diucapkan/dikemukakan oleh mereka, baik yang positif maupun yang negatif. Orangtua perlu berhati-hati dalam tindak-tanduknya dan dalam berbagi perasaannya, baik yang positif maupun yang negatif.

Setiap keluarga adalah unik, dan mempunyai latar belakang keyakinan, nilai, dan kebutuhan sendiri-sendiri. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan/diperhatikan dalam membantu saudara kandung anak autistik mengatasi kondisi/perubahan adanya saudara yang autistik.
  1. Komunikasikan secara berkesinambungan tentang berbagai hal kepada saudara kandung sesuai kemampuan pemahaman mereka. Informasi yang dimengerti oleh mereka dapat mencegah efek-efek negatif.
  2. Terangkan kepada saudara kandung dari anak autistik mereka tentang perbedaan perlakuan terhadap saudara autistik mereka.
  3. Saudara kandung perlu informasi yang berkesinambungan karena mereka mungkin cemas bahwa akan juga menjadi seperti saudara autistiknya.
  4. Saudara kandung dari anak autistik perlu diajarkan cara menghadapi pertanyaan maupun komentar dari teman-temannya serta orang-orang lain di lingkungannya/masyarakat. Mereka juga perlu disiapkan cara serta bagaimana bersikap dan jalan keluar dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan reaksi lingkungan/masyarakat terhadap saudara autistik mereka.
  5. Saudara kandung juga butuh waktu dan perhatian orangtua yang konsisten dan individual. Umumnya keluarga memberikan banyak pujian serta imbalan hanya kepada anak autistik mereka pada setiap tahap perkembangan yang terjadi. Hal yang sama perlu dilakukan pada saudara kandung anak autistik, yaitu berikan pujian dan penghargaan secara khusus terhadap berbagai kemampuan mereka.
  6. Saudara kandung butuh waktu yang dikhususkan untuk mereka. Jadwalkan waktu-waktu khusus yang rutin bagi mereka, yang memang semata-mata khusus untuk mereka saja bersama orangtua mereka.
  7. Libatkan saudara kandung dalam penanganan saudara autistiknya, namun biarkan mereka memilih dari pilihan yang diberikan tentang peran apa serta bagaimana keterlibatannya, tetapi sebaiknya orangtua jangan mengharapkan hal yang berlebihan.
  8. Walaupun saudara kandung diberikan sebagian tanggung jawab terhadap saudara autistiknya, namun mereka juga butuh ruang dan waktu untuk pribadi mereka sendiri yang patut dihormati oleh orangtua.
  9. Ajarkan cara/kemampuan saudara kandung berhubungan dengan saudara autistik mereka. Misalnya dengan mengajarkan cara bermain antar mereka, lakukan secara bertahap dan berikan pujian-pujian kepada saudara kandung tersebut. Permainan dan mainan harus sesuai dengan umur dan menarik bagi keduanya serta membutuhkan interaksi antar mereka. Ajarkan saudara kandung untuk memberi instruksi-instruksi dan prompt-prompt serta pujian untuk saudara autistiknya.
  10. Saudara kandung butuh rasa aman dari saudara autistik mereka terhadap barang-barang pribadinya. Beberapa anak autistik mungkin bersifat perusak dan sulit dikendalikan. Mereka juga mungkin cekatan dalam mendorong, menggigit, atau melakukan berbagai perilaku yang mengganggu saudara kandungnya. Saudara kandung anak autistik harus diajarkan bagaimana cara berespons terhadap situasi-situasi sulit tersebut. Selain itu orangtua perlu menyediakan tempat yang aman untuk barang-barang milik saudara kandung dari anak autistik mereka, dan juga perlu adanya tempat aman dimana mereka dapat terhindar/menghindarkan diri dari perilaku agresif saudara autistik mereka.
  11. Umumnya keluarga dipusingkan/disibukkan secara terus menerus untuk mengasuh anak autistik mereka, sehingga oleh karena itu orangtua maupun saudara kandung dari anak autistik membutuhkan beberapa jeda istirahat atau waktu istirahat untuk terlepas sementara dari aktivitas sehari-hari yang menguras energi dan emosi mereka.
  12. Saudara kandung dari anak autistik butuh kesempatan untuk merasakan kehidupan dan aktivitas keluarga yang “normal”. Jika perlu, carilah berbagai sumber/fasilitas di masayarakat yang informal maupun formal. Banyak keluarga yang sungkan untuk meminta bantuan, namun demi kebaikan seluruh anggota keluarga maka jangan sungkan untuk mendapatkan dan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia seperti misalnya pelayanan masyarakat untuk penyandang cacat serta keluarganya.
  13. Saudara kandung dari anak autistik perlu ikut dalam suatu kelompok (sibling support group) di mana mereka dapat bertemu dengan keluarga/saudara kandung dari anak-anak autistik yang lainnya, sehingga mereka tidak merasa sendirian di dunia ini, dan juga dapat mendapat/berbagi pengalaman dan pemahaman serta mengungkapan perasaan mereka, di samping juga mereka mendapat kesempatan untuk beriang-ceria sejenak.

Read more »

BIOMEDICAL INTERVENTION THERAPY UNTUK AUTISME

Biomedical Intervention Therapy Untuk Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Biomedical Intervention Therapy Untuk Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Biomedical Intervention adalah ilmu medis/kedokteran yang menterapi/memperbaiki masalah nerobiologis dan biokimiawi yang terdapat pada autistik.
Autisme diyakini penyebabnya yaitu mempunyai dasar genetik dan dipicu oleh faktor lingkungan Faktor genetik ini mengakibatkan banyak hal, misalnya masalah/gangguan enzym, imunologi, dlsb.
Gangguan/masalah imunologi ini menyebabkan a.l. anak jadi sering/mudah sakit sehingga sering mendapat antibiotik. Antibiotik ini akan membunuh "bakteri baik" di saluran usus, sehingga terjadi overgrowth (tumbuh berlebihan) "bakteri jahat" dan jamur yang akan merusak dinding usus sehingga terjadi suatu keadaan yang disebut sebagai leaky gut syndrome.
Leaky gut syndrome menyebabkan berbagai bahan yang ada di saluran usus yang normalnya tidak diserap akan terserap yang kemudian mengganggu kerja otak dan syaraf.

Biomedical Intervention sebenarnyalah bukan merupakan merupakan ilmu baru, melainkan merupakan gabungan dari berbagai cabang ilmu kedokteran mainstream, seperti misalnya toksikologi, nerologi, imunologi, gastroenterologi, hepatologi, biokimia, dlsb.
Karena berbeda dengan penyakit-penyakit lain umumnya, yang hanya melibatkan terapi tunggal (umpamanya tifus hanya melibatkan pengobatan yang tertentu/terbatas saja), oleh karena kelainan yang terdapat pada sistem nerobiologis pada anak adalah kelainan yang multi-facet yang meliputi hampir seluruh sistem tubuh yang ada.
Pemberian obat-obat dan suplemen-suplemen pada Biomedical Intervention, ditujukan untuk mengobati/mengatasi masalah yang ada pada sistem nerobiologisnya, yaitu yang meliputi hampir seluruh sistem tubuh yang ada, misalnya sistem gastrohepatointenstinal, sistem detoksifikasi, sistem syaraf pusat (otak), dlsb.

Biomedical Intervention, terdiri atas restrictive-diet, medikamentosa (obat-obat), dan suplemen.
Diet dilakukan terhadap berbagai makanan/bahan makanan apapun yang diketahui mempunyai efek yang tidak baik pada anak. Diet utamanya terhadap susu dan terigu yang disebut CFGFSF (Casein-Free, Gluten-Free, Sugar-Free) diet. Hal ini berdasarkan oleh karena terdapat masalah genetik pada penyandang autisme, maka protein casein dari susu dan bahan gluten dari terigu tidak seluruhnya dicerna secara sempurna.

Protein casein dari susu yang berupa rangkaian dari asam-asam amino normalnya dipecah habis sehingga menjadi 1 cincin asam amino saja. Namun pada penyandang autisme banyak yang masih terdiri dari 2/3/lebih asam-asam amino, yang disebut sebagai peptida (peptide) yaitu dipeptida, tripeptida, dst.

Normalnya peptida-peptida ini tidak diserap oleh usus oleh karena merupakan molekul yang relatif besar dibandingkan “pori-pori” usus. Namun pada penyandang autisme, terjadi kerusakan pada dinding usus yang disebabkan oleh air raksa (merkuri) dari pengawet vaksin, ataupun karena virus campak dari vaksin Campak/MMR, ataupun karena terjadinya overgrowth (pertumbuhan berlebihan) pada jamur, maka terjadi suatu kondisi yang disebut hiperpermeabilitas (peningkatan permeabilitias/daya serap usus).
Hal ini bisa kita ibaratkan dengan saringan santan. Normalnya parutan kelapa tidak dapat menerobos saringan, tetapi hanya santannya saja yang bisa lewat. Namun jika terjadi pelebaran pada lubang-lubang saringan tersebut, maka banyak parutan kelapa yang juga ikut melalui saringan tersebut.

Sehingga pada penyandang autisme, peptida-peptida ini menjadi terserap oleh usus, kemudian mengikuti aliran darah dan mencapai otak.
Di otak terdapat berbagai reseptor, antara lain reseptor morfin. Reseptor ini ibarat sarang kunci kontak mobil, dimana anak kunci yang cocok akan dapat masuk dan men-start mesin mobil tersebut. Begitu juga dengan morfin, mereka akan memasuki reseptor-reseptornya dan menyebabkan efek/gejala morfinis. Nah, peptida-peptida yang berasal dari casein susu dan gluten terigu “bentuknya” serupa dengan “anak-kunci” morfin (seperti anak kunci palsu/duplikat), sehingga peptida-peptida ini bisa menempati/memasuki reseptor morfin dan menimbulkan gejala seperti mengkonsumsi morfin.
Oleh karena itu peptida yang berasal dari protein casein susu disebut caseomorphin, dan yang berasal dari glutein terigu disebut gluteomorphin, dan mereka dapat dideteksi dari urin penyandang autisme yang mengkonsumsi susu dan terigu, seperti layaknya tes yang dilakukan pada pengunjung diskotik saat razia oleh polisi/BNN.

Oleh karena itulah pada penyandang autisme perlu dilakukan diet CFGF (Casein-Free, Gluten-Free), yaitu mereka sama sekali tidak boleh mengkonsumsi susu dengan segala produknya (keju, yoghurt, dll) serta terigu dengan segala produknya.
Diet ini harus dijalankan secara ketat, harus 100 persen tanpa susu dan terigu, tidak boleh ada “kebocoran” sedikitpun atau sekali-sekalipun, baik yang disengaja maupun “kontaminasi” (sneaky) dari bahan makanan lain.

Di samping CFGF diet, anak juga perlu diet gula (Sugar-Free) yaitu tidak diberikan gula dalam bentuk murni atau dalam makanan/minuman dari sumber apapun (gula pasir, gula Jawa/aren/kelapa, sirup, madu, sari kurma, dlsb).
Masalahnya dengan pemberian gula ini (disakarida/polisakarida), yaitu adanya sisa-sisa gula dalam saluran perncernaan yang tidak terserap oleh usus, dan yang kemudian menjadi makanan/”pupuk” bagi jamur, sehingga jamur tumbuh berlebihan yang akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut sebagai leaky-gut syndrome, yaitu meningkatnya permeabilitas (daya serap) usus, sehingga bahan-bahan yang seharusnya tidak terserap menjadi terserap (termasuk produk-produk/toksin dari jamur, bakteri, dan parasit) yang akan mengganggu kerja syaraf/otak. Di samping itu juga terbentuk gas-gas yang akan menyebabkan anak menjadi kembung serta adanya colicky-pain.

Jadi, restrictive-diet bagi penyandang autistik tidak hanya CFGF, tetapi lengkapnya adalah CFGFSF diet (Casein-Free, Gluten-Free, dan Sugar-Free).
CFGF harus mutlak 100%, atau dengan perkataan lain tidak ada sama sekali (0%) yang dikonsumsi, tidak boleh diet ini “bocor” walaupun hanya sesekali atau seminggu sekali. Hal ini disebabkan oleh karena efek/pengaruh dari “kebocoran” susu/terigu akan berlangsung panjang, yaitu pada susu bisa mencapai 4-6 minggu, sedangkan pada terigu bisa mencapai 6-8 minggu.
Jadi, jika kebocoran pada minggu ini, maka efek/pengaruhnya akan berlangsung 4-6/6-8 minggu kemudian. Untuk minggu berikutnya dan minggu-minggu berikutnya maka efek/pengaruh akan lebih memanjang lagi,
Itulah sebabnya, banyak orangtua yang rasanya telah menterapkan diet pada anaknya namun karena ada kebocoran-kebocoran ini, sehingga efek/pengaruh susu/terigu tetap ada sepanjang tahun. Sehingga mereka merasa (hampir) tidak ada bedanya antara diet dengan tidak diet sebelumnya, karena dietnya adalah “diet” (dalam tanda petik) sehingga tidak-diet dibandingkan dengan “diet”, atau lebih tepatnya bahwa tidak-diet dibandingkan dengan “tidak-diet”, ya pastilah (hampir) sama saja.

Selain CFGFSF Diet tersebut, anak juga harus berpantang terhadap semua makanan/bahan makanan apapun yang diketahui tidak boleh dikonsumsi dan atau mengganggu/merusak sistem nerobiologisnya ataupun memperlihatkan efek masalah perilaku, baik yang diketahui dengan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan maupun diketahui dari hasil diet rotasi dan eliminasi.

Penelitian-penelitian yang dilakukan pada autisme menghasilkan temuan adanya abnormalitas pada pola dan disfungsi metabolisme, yang meliputi:
  1. Disfungsi sistem pencernaan yaitu antara lain konstipasi, diare, refluks, peningkatan permeabilitas, penurunan produksi enzim (termasuk DPP IV), abnormalitas mikroflora;
  2. Nero-inflamasi (aktivasi neroglial, penurunan aliran darah pada beberapa bagian otak, abnormalitas ukuran otak;
  3. Gangguan hormonal yaitu antara lain peningkatan produksi kortisol, gangguan serotonin serta dopamin;
  4. Stres oksidatif yaitu antara lain penurunan methionine dan pertanda-pertanda lainnya yang menunjukkan terjadi penurunan kapasitas metilasi, peningkatan homocysteine, penurunan glutation, peningkatan peroksidasi lipin, penurunan kadar B12, dlsb;
  5. Disfungsi mitokondrial yaitu antara lain penurunan kadar carnitine serta peningkatan laktat.

Berbagai usaha untuk menormalisasi/mengatasi masalah-masalah tersebut berdasarkan data-data yang didapat pada individu-individu penyandang autisme, telah menghasilkan perbaikan pada bicara, perilaku, kognisi, perhatian, kesehatan secara umum, dlsb. Dan banyak dari mereka yang mencapai tingkatan yang dapat dikatakan sebagai sembuh. Namun memang dibutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk melaksanakan Biomedical Intervention ini.

Read more »

DETEKSI DINI AUTISME

Deteksi Dini Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Deteksi Dini Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Deteksi dini atau skrining terhadap autisme dapat dilakukan secara sederhana dengan tools (perangkat) yang sederhana misalnya dengan STAT (Screening Tool for Autism in Two-Year-Olds), atau dengan CHAT/M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddler).
M-CHAT adalah versi Amerika yang merupakan perluasan dari CHAT yang berasal dari Inggris. Pada CHAT terdapat 9 pertanyaan untuk orangtua, sedangkan pada M-CHAT terdapat 23 pertanyaan.

Sedangkan untuk mendeteksi bentuk ASD yang lebih samar, misalnya high-functioning autism atau Asperger syndrome digunakan Autism Spectrum Screening Questionnaire (ASSQ), Australian Scale for Asperger's Syndrome, atau Childhood Asperger Syndrome Test (CAST) untuk anak usia sekolah yang ditujukan pada anak-anak dengan gangguan/masalah sosial dan perilaku tanpa adanya masalah keterlambatan bicara yang berarti.


CHAT (Checklist for Autism in Toddler)


A. Pertanyaan Untuk Orangtua
  1. Apakah anak anda senang diayun-ayun, dilonjak-lonjakkan di lutut, dsb?
  2. Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?
  3. Apakah anak anda suka memanjat berbagai hal, misalnya naik-turun tangga?
  4. Apakah anak anda senang bermain cilukba, petak-umpet?
  5. Apakah anak anda kadang bermain pura-pura, misalnya pura-pura membuat teh menggunakan cangkir dan teko, atau bermain pura-pura yang lain?
  6. Apakah anak kadang menunjuk dengan telunjuknya, untuk meminta sesuatu?
  7. Apakah anak kadang menunjuk dengan telunjuknya, untuk menyatakan ketertarikannya pada sesuatu?
  8. Apakah anak anda bermain dengan benar/sesuai terhadap mainan-mainan kecil (misalnya mobil-mobilan, balok lego) bukannya sekedar menggigiti, mengacak-acak atau membuang-buang mainan?
  9. Apakah anak anda kadang membawa dan memamerkan/mempertunjukkan berbagai benda ke anda? 

B. Pemeriksaan Di Ruang Praktek Dokter:

Penggunaan CHAT di ruang praktek dokter membutuhkan waktu tidak sampai 5 menit, namun sangat efektif dalam memprediksi kemungkinan seorang anak usia 18-24 bulan sebagai autisme, PDD, Asperger dan sindrom perkembangan lainnya.

Terdapat 5 bagian/tahapan pada CHAT.
  1. Bagian/Tahap Pertama:
    Saat bertemu dengan anak, apakah anak melakukan kontak mata?
  2. Bagian/Tahap Kedua *):
    Tarik perhatian anak, kemudian tunjuk ke benda yang menarik di seberang (bagian lain dari) ruangan, kemudian katakan “Wah/eh lihat (tuh/itu), ada .......... (sebutkan nama suatu mainan)!”
    Perhatikan wajah anak, apakah anak melihat ke arah benda yang ditunjuk?
  3. Bagian/Tahap Ketiga **):
    Tarik perhatian anak, kemudian berikan miniatur gelas/cangkir dan teko mainan, dan katakan “Bisa buat teh tidaaak...?” / “Coba buat teeeh...”.
    Bisa juga diganti dengan hal lainnya, misalnya gelas dan teko/ceret, dan katakan “Bisa tuang(in) air tidaaak...?” / “Minta air dooong...” (sambil menyodorkan gelas ke arah teko).
    Perhatikan apakah anak melakukan seakan-akan menuangkan teh/air, kemudian meminumnya, dlsb?
  4. Bagian/Tahap Keempat ***):
    Katakan kepada anak “(Coba) Tunjuk lampu...” / “Lampu manaaa...” / “Mana lampuuu...”.
    Perhatikan apakah anak menunjuk ke arah lampu?
  5. Bagian/Tahap Kelima:
    Apakah anak mampu menyusun balok mainan (ump. Lego)?
    Jika ya, berapa banyak tumpukannya?



Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan skrining CHAT ini, yaitu sebagai berikut:
  • Sebelum memberikan pertanyaan/instruksi, pastikan terlebih dahulu bahwa anak melihat ke kita.
  • *) Pada tahap kedua tersebut, merupakan pertanyaan yang penting sebagai indikasi ada tidaknya ciri autistik.
    Namun hal yang perlu diperhatikan yaitu pastikan bahwa anak memang benar-benar melihat benda yang kita tunjuk di seberang ruangan, bukannya anak hanya sekedar melihat ke tangan kita. 
  • **) Pada bagian ketiga tersebut di atas, bisa diganti dengan permainan pura-pura (pura-pura bermain/memainkan) hal yang lainnya.
  • ***) Pada bagian keempat tersebut, bisa diganti dengan misalnya “Mana beruang/ kelinci/bebek/dll?” ataupun berbagai benda lainnya yang di luar jangkauan kita maupun anak. 
  • Jika anak tidak mampu melakukan kelima hal tersebut di atas, maka itu berarti bahwa besar kemungkinannya anak tersebut mengalami/menyandang autisme. Jika anak tidak mampu melakukan 3 dari 5 hal tersebut di atas, maka anak tersebut mungkin autistik. 

 Setiap anak yang gagal dalam tes ini, bisa dicoba dilakukan tes ulang pada kunjungan berikut 1 bulan kemudian. Namun berdasarkan fakta bahwa kunci keberhasilan penanganan autisme adalah intervensi dini, serta semakin dini semakin baik, maka lebih bijaksanalah jika tidak dilakukan penundaan perujukan berupa pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian.
 Jika pada tes kedua ini tetap gagal ataupun segera setelah tes pertama mengindikasikan kemungkinan autistik, maka sebaiknya dirujuk ke dokter yang memang khusus menangani/ menguasai autisme, ataupun dokter dapat memeriksanya lebih lanjut dengan menyesuaikan tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada sesuai dengan kriteria yang ada di dalam DSM-IV-TR / ICD-X.

Pada bagian A5 merupakan kemampuan bermain pura-pura (pretend play), A7 kemampuan dasar menyatakan maksud (protodeclarative pointing).
Pada bagian B2 merupakan kemampuan mengikuti arahan tunjukan (following a point), B3 kemampuan imajinasi (pretending), B4 merupakan kemampuan menunjuk (producing a point).

Pada bagian A1 merupakan kemampuan permainan gerak kasar (rough and tumble play), A2 merupakan kemampuan minat sosial (social interest), A3 merupakan kemampuan motorik (motor development), A4 merupakan kemampuan bermain sosial (social play), A6 merupakan kemampuan dasar memberi instruksi (protoimperative pointing), A8 merupakan kemampuan bermain fungsional (functional play), A9 merupakan kemampuan mempertunjukkan (showing).

Jika anak tidak mempunyai kemampuan pada bagian A5, A7, B2, B3, dan B4, maka besar kemungkinannya anak mengidap autisme (anak termasuk dalam golongan risiko tinggi mengidap autisme).
Jika hanya A7 dan B4 (tanpa A5, B2, dan B3) maka mungkin autisme (anak termasuk dalam golongan risiko menengah mengidap autisme).
Jika ada gejala di luar kedua kelompok tersebut, maka masih mungkin anak mengidap autisme.

 Bagi mereka yang termasuk dalam risiko tinggi maupun risiko menengah, harus segera dirujuk ke dokter yang menguasai autisme untuk mendapatkan diagnosis pasti.
Selain itu, masih memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan/tes ulang satu bulan kemudian. Namun berdasarkan fakta bahwa kunci keberhasilan penanganan autisme adalah intervensi dini, serta semakin dini semakin baik, maka lebih bijaksanalah jika tidak dilakukan penundaan perujukan berupa pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian.

Read more »

LIE TO ME (BOHONGILAH AKU)

Lie To Me (Bohongilah Aku)
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Lie To Me (Bohongilah Aku) || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Sangat menarik mempelajari ilmu perilaku manusia, apalagi dalam hal bohong.
Mungkin dulu kita hanya mengenal bahwa terdapat 25 tanda kebohongan pada lelaki dan 15 pada wanita (waduh, jadi artinya dibandingkan wanita maka lelaki relatif lebih mudah diketahui jika berbohong).

Namun dengan berkembangnya ilmu, maka saat ini diketahui banyak sekali berbagai tanda kebohongan. Bahkan tanda-tanda kebohongan pada muka saja paling tidak ada 3.000 buah, belum lagi dengan gesture, misalnya adanya asymetrical axis, seperti contohnya ketika President Clinton di mimbar melakukan penyangkalan dengan mengatakan “I never have sex relation with miss Lewinsky”. Nah, terdapat gestur yang asimetrik, yaitu sang presiden tersebut menggerak-gerakkan tangannya dengan jari telunjuknya ke arah kanan, sedangkan pandangannya ke arah kiri. Seperti juga yang dibahas pada film semi-dokumenter Lie To Me yaitu The Lightman Group yang bekerja sama dengan FBI, ataupun film dokumenter Science and Lie, dan juga Lie Lab, dll.

Untuk dapat mendeteksi kebohongan, yang penting adalah pertanyaan yang tepat, begitu diutarakan oleh Doktor Cal Lightman. Namun bisa saja itu hanya muncul dalam “fraction of second”, mungkin hanya sekilas saja. Jadi, sungguh menarik ketika memperhatikan Bapak Hendropriyono yang diwawancarai pada acara Sentilan Sentilun di Metro TV, dimana ekspresi wajahnya berbicara jauh lebih banyak daripada kata-kata yang diucapkannya. Bahkan ekspresi tersebut bisa bertahan paling tidak 1-2 detik. Sangat mengherankan, oleh karena beliau adalah mantan Kepala BIN (Badan Intelijen Negara). Ataukah itu juga merupakan kemampuan intelijennya untuk disinformasi? Wallahu alam.

Kemudiannya, jadi sungguh menarik memperhatikan ekspresi dan gerakan tubuh para orang maupun tokoh nasional yang muncul di televisi, wah si anu dan si itu patut dicurigai berbohong.
Jadi, agak mengherankan juga ketika seorang pakar psikologi dari Universitas Indonesia yang dimintai pendapatnya di Metro TV tentang ekspresi Gayus Tambunan saat mendengarkan vonis, yaitu sang pakar tersebut tidak mampu menangkap suatu tanda apapun.
Padahal jelas terlihat, saat hakim menyebutkan vonis 3 tahun penjara, maka terlihat helaan nafas dari Gayus Tambunan yang tampaknya merasa lega. Entah lega karena divonis lebih rendah dari tuntutan jaksa, ataukah lega karena sesuai seperti yang sudah “diketahui” sebelumnya oleh ybs, atau hal lainnya.
Namun lebih menarik lagi, yaitu setelah helaan nafas lega tersebut, terjadilah beberapa kali tarikan nafas yang memburu, yang merupakan tanda dari perangsangan saraf simpatik, yang menandakan respons fight or flight, seakan-akan berkata “awas lho”, entah apa atau terhadap siapa, tetapi mungkin bisa dikaitkan dengan pernyataan Gayus Tambunan pada konferensi pers setelah usai sidang tersebut.

Namun, ada juga orang-orang yang penampilannya tanpa ekspresi, yang diistilahkan sebagai poker-face, sehingga hal tersebut menjadikan orang sulit mendeteksi saat ybs berbohong.
Tetapi selain di satu sisi bisa menguntungkan ybs, namun di sisi lain hal tersebut bisa merugikan. Sebagai contoh saat Presiden SBY yang tanpa ekspresi (seperti biasanya) mengatakan bahwa gajinya belum pernah naik selama 6-7 tahun ini. Nah, orang jadi salah tangkap, yaitu dikatakan bahwa SBY mengeluhkan gajinya, padahal kan mungkin sebenarnya beliau ingin mengatakan bahwa tidak naikpun tidak apa, tidak masalah bagi beliau.

Namun walaupun poker-face, tetap saja masih bisa dideteksi dari hal yang lain, seperti misalnya saat beliau membatalkan keberangkatan ke Belanda. Kemudian sebelum menunda konferensi pers untuk memberi kesempatan tataletak mikrofon-mikrofon, terlihat tanda-tanda kegelisahan/kecemasan (jika tidak boleh dikatakan ketakutan). Dan saat beliau beranjak untuk menunda konferensi pers, beliau berbincang sekilas dengan Wapres Budiyono, namun sayangnya gerakan tangan dan gesturenya hanya mencerminkan “I am a boss” bukannya “I am the boss”.

Ada lagi masalah dengan poker-face pada seorang petinggi di masa lalu. Konon kabarnya terjadi masalah besar dalam keluarga sang mantu/besan. Kemudian sang boss klan tersebut berkata singkat dengan wajah dinginnya, “bereskan saja”, sehingga menyebabkan hilangnya nyawa seorang mantan peragawati. Padahal maksud sang bos adalah memang benar-benar agar dibereskan dengan cara baik-baik saja, namun diterjemahkan lain oleh orang-orang di sekitarnya, begitu konon katanya.

Jadi, lain kali, jika anda akan berbohong, ingatlah bahwa terdapat banyak sekali tanda kebohongan yang bisa “dibaca” oleh orang-orang di sekitar anda ataupun orang lainnya.

Read more »

JANGAN BENCI IBUMU

Jangan Benci Ibumu
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Jangan Benci Ibumu || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Suatu sore saya menonton film seri Frasier. Yaitu film seri tentang Dr. Frasier Crane, seorang psikiater yang merupakan penyiar radio terkenal di Seattle.
Dalam seri itu, Dr. Frasier Crane yang bersama adiknya Dr. Niles Crane, melihat ayahnya sedang dinner di restoran bersama seorang wanita bekas tetangga mereka dulu.
Mereka berdua curiga atas kedekatan ayah mereka dengan wanita tersebut (namanya lupa, kalau tidak salah Lulu).

Kemudian Dr. Niles membuka-buka buku hariannya pada 30 tahun yang lalu saat dia berumur 9 tahun. Ditemukanlah catatannya sendiri bahwa pada musim panas 30 tahun yang lalu, sering dia dan kakaknya terbangun malam-malam mendengar pertengkaran antara ayahnya dan ibunya (yang saat ini sudah meninggal dunia).
Kemudian dalam buku harian Dr. Niles tersebut mereka menemukan bahwa Dr. Niles menulis bahwa pada suatu malam di musim panas itu, dari balik jendela kamarnya di lantai 2, dia melihat bahwa ayahnya berpelukan dengan Lulu, dan sejak malam itu hubungan antara kedua orangtuanya dan tetangganya tersebut menjadi renggang.

Setelah membaca catatan tersebut, mereka berdua menjadi curiga bahwa ayah mereka pernah berselingkuh dengan Lulu tersebut. Mereka ingin cari tahu lebih banyak, sehingga Dr. Niles ingin menelpon bibi Vivian (tante mereka) yang biasanya tahu tentang rahasia-rahasia keluarga mereka. Namun tidak jadi, dan kemudian Daphne Moon, yaitu fisioterapis ayah mereka yang tinggal bersama di apartemen mereka, mengusulkan untuk “langsung tanya saja kepada ayahmu”. Tiba-tiba tedengar suara “apa yang ingin ditanyakan?” Rupanya tanpa diketahui , Martin Crane, ayah mereka sudah masuk ke dalam ruang keluarga. Kemudian Daphne yang kenes dan sifatnya blak-blakan, dengan logat Inggrisnya yang kental mengatakan bahwa Dr. Frasier dan Dr. Niles mencurigai bahwa pernah terjadi perselingkuhan antara ayah mereka dan Lulu setelah mereka melihat ayah mereka dinner bersama Lulu semalam.

Martin Crane menjawab, dengan mereka dinner semalam, tidak lantas membuktikan bahwa mereka berselingkuh 30 tahun yang lalu. Dr. Frasier mengatakan bahwa mereka membaca catatan Dr. Niles bahwa Dr. Niles melihat ayah mereka berpelukan di halaman rumah pada suatu musim panas 30 tahun yang lalu, dan tadinya mereka berniat menelpon bibi Vivian.

Mendengar hal tersebut, kemudian Martin Crane meminta Daphne meninggalkan ruangan, agar mereka dapat bicara bertiga saja. Setelah itu Martin Crane mengatakan bahwa “memang saya berselingkuh dengan Lulu, dan saya tidak mau membahas itu lagi, end of discussion!” Kemudian Martin Crane segera ke kamar tidurnya, meninggalkan mereka yang terhenyak dan merasa terpukul atas penghianatan ayah mereka terhadap ibu mereka.

Singkat cerita, beberapa hari kemudian Dr. Frasier membukakan pintu apartemennya karena ada seseorang menekan bel. Waduh, ternyata Lulu berada di depannya, berusia sekitar 50 tahun tetapi masih cantik serta menarik dan well-dressed. Lulu menanyakan Martin Crane, ingin bertemu dan ingin memohon maaf oleh karena meninggalkan Martin Crane begitu saja saat dinner beberapa hari yang lalu, yang dia rasa perbuatannya itu kurang sopan. Namun Dr. Frasier hanya menyambut Lulu di depan pintu saja, dan menjawab dingin serta agak ketus.

Lulu merasakan ada sesuatu yang tidak beres, dan menanyakan mungkin dia datang pada saat yang tidak tepat. Dr. Frasier menjawab, yah, memang sulit untuk melupakan begitu saja atas pengakuan ayahnya tentang apa yang terjadi antara keluarga mereka dan keluarga Lulu. Kemudian Lulu agak terperanjat, dan mengatakan “jangan benci ibumu, maafkanlah dia, karena saya (Lulu) juga sudah memaafkan Dan (suaminya), ayahmupun sudah memaafkan ibumu. Suamiku dan ibumu telah berbuat kesalahan”.
Gedubrak, Dr. Frasier bengong, oh ternyata yang selingkuh adalah ibunya, bukan ayahnya, kenapa ayahnya mengakui pada dia dan adiknya pada malam itu ketika mereka tanyakan.

Kemudian keesokan harinya Dr. Frasier mengatakan kepada ayahnya, bahwa Lulu telah mengatakan yang sebenarnya bahwa yang berselingkuh adalah ibunya, bukan ayahnya. Untuk menghibur ayahnya, Frasier juga menyebutkan rahasia antara dia dengan Lilith, istri yang telah diceraikannya, bahwa dulu Lilith juga berselingkuh, sehingga Frasier bisa memahami betapa sakit terasanya.
Namun kemudian Frasier menanyakan “kenapa ayah akui begitu saja, kenapa ayah tidak mengatakan terus terang bahwa ibulah yang berselingkuh?” Martin Crane menukas, “aku tidak mau engkau membenci ibumu, biarlah kau dan aku saja yang bermasalah, lagipula apakah kau akan mengatakan kepada Phillip (anak Dr. Frasier yang ikut dengan mantan istrinya) setelah ia besar nanti bahwa ibunya berselingkuh?”
Terang maksudnya walaupun itu kalimat tanya, namun artinya bahwa “aku tidak akan mengatakan bahwa ibumu berselingkuh, seperti juga engkau tidak akan mengatakan kepada anakmu setelah dia besar nanti bahwa ibunya berselingkuh”.
Namun Frasier hanya terdiam saja sambil merenung, entah apa yang dipikirkannya.

Nah, seandainya anda adalah Dr. Frasier Crane, apakah anda akan mengatakan yang sebenarnya kepada anak anda yang suatu saat mungkin akan datang kepada anda dan menuduh bahwa andalah yang berselingkuh? Padahal istri andalah yang berselingkuh. Apa reaksi dan dan jawaban anda?

Read more »

PERCERAIAN PADA KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANAK AUTISTIK

Perceraian Pada Keluarga Yang Mempunyai Anak Autistik
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Perceraian Pada Keluarga Yang Mempunyai Anak Autistik || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Dari suatu penelitian jangka panjang yang mengikuti 406 keluarga yang mempunyai anak autistik sampai dengan tahun 2004, didapatkan bahwa angka perceraian tinggi sampai dengan anak berusia 8 tahun, setelah itu menurun. Namun ancaman perceraian tetap berlanjut, yaitu didapatkan bahwa angka perceraian tetap jauh lebih tinggi dibanding orangtua yang tidak mempunyai anak autistik ataupun jika dibandingkan dengan orangtua yang mempunyai ABK (anak berkebutuhan khusus) lainnya, yaitu paling tidak 1 dari 5 keluarga akan mengalami perceraian.

Suatu penelitian lainnya lagi menunjukkan bahwa salah satu hal tersering yang menjadi penyebab perceraian pada orangtua yang mempunyai anak autistik, adalah kekurang/ketidak mampuan dari salah satu orangtua atau keduanya dalam mengatasi stress yang tinggi dan berkelanjutan terhadap adanya anak autistik, yang bersumber antara lain karena adanya kekuatiran masa depan anak, merasa terasing di dunia ini, tidak mampu menangani anak, masalah/tekanan ekonomi dan keuangan untuk biaya terapi, terjebaknya dalam satu fase penyesuaian (coping mechanism), kurangnya waktu untuk diri pribadi sendiri, reaksi dari saudara kandung anak autistik serta anggota keluarga lainnya, dan lain sebagainya.

Oleh karena berbagai hal tersebut, akan terjadi kerapuhan hubungan antara suami-isteri, ataupun memperparah kerapuhan atau bibit-bibit kerapuhan yang sebenarnya sudah ada. Hal yang sering terjadi adalah adanya orang ketiga atau bahkan ketiga dan keempat, yaitu adanya pria/wanita lain atau keduanya (pria dan wanita) yang masuk ke dalam kehidupan suami/istri/keduanya, yang mungkin dimulai dengan curhat serta perhatian serta kedekatan dan kehangatan yang tidak didapat dari suami/istri mereka.

Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, sebenarnya sudah ada pegangannya, yaitu larangan ALLAH SWT untuk jangan mendekati zinah, yaitu dengan menutup jalan ke arah itu, yaitu dengan menjaga pandangan serta kemaluan. Selain itu, jangan berduaan (berkhalwat) oleh karena akan menjadi bertiga dengan setan yang akan menggoda serta telah berhasil menggelincirkan jutaan/miliaran manusia sejak jaman Adam a.s.

Ingatlah seperti kata bang napi setiap selesai suatu acara berita di satu stasiun TV, bahwa “kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga oleh karena ada kesempatan, waspadalah, waspadalah!”. Nah, tutuplah kesempatan itu, jangan beri setan kesempatan untuk menggelincirkan kita. Berduaan tidak hanya terbatas pada suami dengan sekretaris perempuannya saja misalnya, tetapi juga antara istri dengan supir pribadinya yang pria. Perselingkuhan antara suami dengan sekretarisnya mungkin sudah sering kita dengar, tetapi secara akal sehat mungkin sangat sulit dicerna bahwa akan terjadi perselingkuhan antara sang nyonya dengan supirnya, tetapi hal ini bukan tidak mungkin terjadi, oleh karena sudah ada contoh-contohnya yang pernah terjadi, dan itulah buah dari tidak diindahkannya perintah.larangan yang telah digariskan olehNYA.

Read more »

ME-DAY BAGI ORANGTUA PENYANDANG AUTISME

Me-Day Bagi Orangtua Penyandang Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Me-Day Bagi Orangtua Penyandang Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Penanganan penyandang autisme secara serius dengan ABA dan Biomedical Intervention, akan menguras banyak waktu, tenaga, dan perhatian. Itu betul.

Tetapi jangan dilupakan bahwa kita juga manusia, yang dilengkapi dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Mungkin kita tidak termasuk manusia super, sehingga konsentrasi kita terhadap penyembuhan anak autistik kita akan menguras banyak enerji dan kapasitas mental kita.

Sehingga akhirnya bisa terjadi suatu kondisi yang disebut sebagai burn-out. Yaitu sampai batas kemampuan kita terlampaui, maka kita akan “bosan”, sehingga kita jadi tidak melakukan apapun. Tidak bisa melakukan apapun, tidak mampu melakukan apapun, tidak mempunyai semangat serta gairah untuk melakukan apapun. Ujung-ujungnya malah yang tadinya kita top-full-speed, malah menjadi seperti menelantarkan anak spesial kita itu.

Jadi, untuk menghindari terjadinya hal tersebut, maka kita perlu meluangkan suatu waktu atau suatu hari untuk “berlibur”, Me-Day, hariku, hari khusus untuk diriku. Bisa saja itu sehari penuh atau kurang, namun intinya adalah break, istirahat, luangkan waktu untuk diri kita, tinggalkan sementara semua persoalan, semua kepusingan, semua kekacauan, semua kecemasan, semua gundah-gulana, dll. Luangkan waktu sejenak untuk diri kita saja, bersenang-senanglah, hiburlah diri kita, agar supaya kita kembali segar, kembali di-charge, kembali semangat, kembali bergairah untuk kembali menangani anak spesial kita. Hal ini tidak identik dengan kita perlu mengeluarkan biaya yang besar, mungkin saja hanya sekedar duduk di pinggir pantai, mendengarkan debur ombak, sambil makan kacang, menikmati minuman ringan, dan memandangi tenggelamnya matahari, suatu hal yang kita suka dan mungkin seperti yang dulu kadang/sering kita lakukan.

Ini seperti halnya orang bekerja, kenapa harus ada libur mingguan (hari Minggu atau Sabtu dan Minggu), kenapa perlu cuti tahunan. Jawabannya adalah untuk refreshing, untuk recharge.

Selain itu, hal yang penting juga adalah memperhatikan pasangan (suami/istri) kita. Statistik memperlihatkan bahwa angka perceraian lebih tinggi pada keluarga yang mempunyai ABK, dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai ABK.
Di samping itu juga, perlu diperhatikan terjadinya sibling-rivalry, dimana terjadi kecemburuan pada anak yang non ABK, oleh karena perhatian kedua orangtuanya tercurah pada anak yang ABK.
Tentang keduanya tersebut di atas, merupakan topik bahasan tersendiri.

Read more »

TERAPI IVIG/IVGG UNTUK AUTISME

Terapi IVIG/IVGG Untuk Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Terapi IVIG/IVGG Untuk Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia TANYA:
1. Apakah yang dimaksud dengan terapi IVIG untuk penyandang Autis.
2. Di manakah di Indonesia yang bisa melakukan terapi ini?
3. Berapa biayanya? (karena sering disebutkan bahwa terapi ini MAHAL)
4. Evaluasi sistem imun apa yang harus dilakukan sebelumnya?
Zuhdi Setiadi-Semarang

JAWAB:
Terapi IVIG/IVGG (Intra Venous Immunoglobulin-G / Intra Venous Gamma Globulin) pada penyandang autisme, yaitu pemberian sejumlah besar dosis Imunoglobulin-G / Gama Globulin (zat kekebalan yang terdapat dalam darah) pada penyandang autisme yang diberikan secara infus kedalam vena (pembuluh darah balik).
Dasar pemberian ini adalah untuk menterapi masalah otoimun di otak penyandang autisme yang terjadi akibat reaksi otoimun yang dikaitkan dengan akibat pemberian imunisasi Campak (Measles) dan atau MMR (Measles, Mumps, dan Rubella).

Reaksi otoimun, yaitu suatu reaksi tubuh yang abnormal terhadap suatu zat yang masuk kedalam tubuh, dalam hal ini yaitu vaksin Campak/MMR.
Normalnya tubuh membentuk suatu zat anti (kekebalan/imun) terhadap vaksin tersebut, namun pada kondisi otoimun, zat kekebalan yang terbentuk justru merugikan tubuh yaitu dengan menyerang/merusak sarung myelin (MBP= Myelin Basic Protein) yang menyelimuti serabut-serabut sel-sel syaraf otak (neurit/dendrit pada neuron).
Sarung myelin ini ibarat insulator karet/plastik pada kabel listrik, sehingga jika rusak maka akan mengganggu hantaran listrik pada serabut-serabut syaraf otak (yang menyerupai kabel fiber-optic). Kerusakan ini bisa dideteksi dengan melakukan pemeriksaan darah untuk brain-autoimmune.

Di Amerika, pemberian IVIG untuk autisme dilakukan di klinik ataupun rumah sakit. Di Indonesia, bisa dilakukan di rumah sakit mana saja dengan mengikuti protokol yang sudah ada, bila diperlukan dapat dengan bimbingan dari saya.

Salah satu kendala utama pemberian terapi IVIG adalah biaya yang mahal, oleh karena diberikan dalam dosis yang cukup besar yaitu 800 mg per kilogram berat bedan anak. Jadi untuk Haydar dengan berat badan 15 kg, dibutuhkan Imunoglobulin G sebanyak 12.000 mg (= 12 gram). Dengan harga 1 gram imunoglobulin G yang berkisar sekitar 1-2 juta rupiah, maka dibutuhkan dana sekitar 15 juta rupiah tiap bulannya.

Terapi IVIG ini diberikan setiap 4 minggu sekali. Pada beberapa kasus, pemberian pertama/kedua saja sudah menampakkan perkembangan yang luar biasa, yaitu terjadi lonjakan bicara dan kemampuan belajar.
Namun umumnya efek perbaikan mulai tampak setelah pemberian keempat sampai keenam.
Jika belum terlihat perkembangan, terapi dicoba diteruskan sampai paling tidak sebanyak 10 kali.
Tentunya efek terbaik jika diberikan secara sedini mungkin, semakin dini maka hasilnya akan semakin baik.
Jika tampak terjadi perbaikan, maka terapi dilanjutkan sampai secara klinis tidak lagi terlihat perkembangan/perbaikan yang signifikan (nyata/tampak jelas), namun tentunya evaluasi laboratoris juga dapat mendukung hal ini.

Sebelum dilakukan terapi IVIG/IVGG dalam dosis besar ini, perlu dilakukan pemeriksaan imunoglobulin A. Jika hasil pemeriksaan imunoglobulin A terdapat kadar yang rendah, maka terapi IVIG harus dilakukan dengan ekstra hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya reaksi anafilaksis saat pemberian imunoglobulin G ini.

Read more »

APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA/LOVAAS) UNTUK AUTISME

Applied Behavior Analysis (ABA/Lovaas) Untuk Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Applied Behavior Analysis (ABA/Lovaas) Untuk Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia ABA (Applied Behavior Analysis) yaitu suatu ilmu perilaku terapan untuk mengajarkan dan melatih seseorang agar menguasai berbagai kemampuan yang sesuai dengan standar yang ada di masyarakat.
Penggunaan ABA tidak hanya terbatas pada autisme saja, tetapi sangat luas diterapkan dalam berbagai bidang, yaitu misalnya olahraga, manajemen, pendidikan, vocational-skill (keterampilan misalnya dalam melatih pilot pesawat terbang), dlsb.

Dasar-dasar ABA sudah dikembangkan sejak mulai 1 abad yang lalu, dan melalui berbagai penelitian yang luas dan banyak sekali.
ABA untuk penyandang autisme pertama kali diterapkan oleh Prof. Ole Ivaar Lovaas (meninggal dunia pada 2 Agustus 2010 dalam usia 83 tahun) di UCLA (University of California, Los Angeles) pada tahun 1962.
Kemudian beliau mempublikasikan hasilnya pada tahun 1967 dan berbagai publikasi penelitian-penelitian lainnya pada tahun-tahun berikutnya. Publikasi monumental ini menyebabkan ABA dikenal juga sebagai Metode Lovaas.

Sejak itu sampai sekarang, tehnik-tehnik maupun kurikulum ABA untuk penyandang autisme sudah sangat dikembangkan oleh para ahli maupun praktisi ABA, dengan melalui berbagai penelitian dan penerapan, sehingga membuahkan hasil yang menakjubkan dalam terapi autisme.
Oleh karena itulah ABA sangat direkomendasikan oleh NYSDOH (New York State Department Of Health, 1997) dan US Department Of Health (1999), serta AAP (American Academy Of Pediatrics, 2007).

Kelebihan ABA untuk penyandang autisme antara lain (tapi tidak terbatas pada ini saja), yaitu kurikulum yang sistematik, terstruktur dan terukur.
Sistematik yaitu terapi dimulai dari tingkat kemampuan anak saat assessment (penilaian/pemeriksaan) dibuat, dan apakah prasyarat untuk mengajarkan/melatih aktivitas/program/kurikulum bersangkutan sudah dikuasai oleh anak, bila belum maka diajarkan/dilatih terlebih dahulu prasyaratnya.
Kemudian, setelah suatu aktivitas dikuasai, dilanjutkan dengan aktivitas berikutnya yang sudah jelas urutan-urutan/tahapannya sampai program/kurikulum berakhir/selesai yaitu anak masuk ke dalam mainstreaming (yaitu anak masuk sekolah reguler, berkembang seperti anak lain sepantarannya, dan kemudian bisa hidup mandiri di masyarakat).
Terstruktur, yaitu dalam mengajarkan/melatih suatu aktivitas/program/kurikulum, digunakan berbagai teknik terapan (misalnya DTT, DT, EO, dlsb) yang telah diteliti dan dikembangkan oleh para ahli dan praktisi ABA.
Terukur, yaitu digunakan lembar penilaian sehingga kita semua bisa dengan yakin mengatakan bahwa seorang anak telah bisa/menguasai suatu aktivitas/program/kurikulum ataukah belum.

Pada berbagai penelitian, didapatkan bahwa anak-anak autistik yang diterapi dengan ABA mengalami kemajuan yang pesat dan signifikan dalam hal IQ, bahasa, kemampuan akademik, dan perilaku adaptif maupun perilaku sosialnya.
Bahkan pada suatu penelitian, beberapa anak “mantan autistik” yang telah diterapi dengan ABA, dicampur (diikut sertakan) dengan anak-anak yang lain yang tidak pernah mengalami gangguan perkembangan apapun, kemudian dilakukan tes oleh para ahli.
Ternyata anak-anak “mantan autistik” yang telah diterapi dengan ABA tersebut tidak dapat dibedakan dengan anak-anak lainnya yang tidak pernah mengalami gangguan perkembangan apapun dalam hal IQ, bahasa, kemampuan akademik, dan perilaku adaptif maupun perilaku sosialnya.

Di Indonesia, banyak orang-orang/terapis-terapis dan tempat-tempat terapi yang mengatakan menggunakan ABA, namun ternyata bukan ABA sebenarnya atau bisa dikatakan sebagai ABA-ABA-an, ataupun ternyata banyak salahnya. Sehingga ada orang-orang yang mengemukakan bahwa ABA tidak berhasil, padahal mereka merujuk pada orang-orang/terapis-terapis atau tempat-tempat terapi yang demikian itu, sehingga sepatutnyalah bahwa kesalahan itu tidak ditudingkan kepada ABA.

Ada juga orang-orang dan tempat-tempat terapi yang menggunakan istilah yang salah, yaitu Behavior Therapy (BT) dan Behavior Modification (BM).
Itu menandakan ketidaktahuan mereka, oleh karena BT digunakan untuk menterapi perilaku patologis, ump. fobia, depresi, ansietas, chronic pain dlsb.Jadi bukan untuk menterapi autisme.
Sedangkan istilah Behavior Modification (BM) merupakan istilah kuno (lama/jadul). Yaitu, dalam perkembangan ilmu perilaku yang bersumber dari Operant Conditioning (Skinner, 1938) dan Respondent Conditioning/Conditioned Reflex (Pavlov, 1989, 1927), dengan melalui berbagai perkembangan, akhirnya menjadi Behavior Modification (Watson, 1962; Ullman

Read more »

ANTARA AJAX DAN PHP -DENGAN- AUTISME DAN ABA (APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS)

Antara Ajax dan PHP -dengan- Autisme dan ABA (Applied Behavior Analysis)
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Antara Ajax dan PHP -dengan- Autisme dan ABA (Applied Behavior Analysis) || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Ada orang-orang yang menterapkan berbagai metode yang tidak khusus untuk terapi autisme tetapi tetap saja digunakan untuk menterapi autisme, padahal tidak ada penelitian yang membuktikan efektivitas dan efisiensinya untuk kesembuhan autisme.

Katakan saja misalnya Terapi Wicara. Ini tidak dikembangkan untuk menterapi autisme, tetapi lebih ditujukan untuk tuna-rungu, bibir-sumbing, pasca-stroke, dlsb.
Lalu kenapa tetap saja mereka menterapkan terapi wicara yang tidak untuk autisme namun tetap saja dilakukan juga?

Ternyata jawabannya saya dapatkan dari tempat lain, dari forum website yang sama sekali tidak berhubungan dengan autisme.
Pada forum tersebut terdapat keluh-kesah dan pertanyaan dari seseorang, tentang bagaimana sulitnya dia mencoba membuat potongan command yaitu sleep() di AJAX agar supaya program berhenti sementara seperti halnya sleep() di PHP. Itupun belum juga berhasil.

Demikianlah kemudian terjadi diskusi-diskusi dari sesama pengguna forum tersebut. Namun kemudian para diskusiwan tersebut terhenyak dengan komentar seseorang, yang sangat singkat tetapi menohok, yaitu “what’s wrong with setTimeOut()?”
Gedubrak, oalaaah, iya yaaa, kalau kita berada di AJAX, maka kerjakanlah tehnik-tehnik yang memang sesuai untuk AJAX. Untuk apalagi mengambil metode yang tidak dikembangkan khusus untuk AJAX, dan terlebih lagi tidak berhasil. Jadi, rupanya orang tersebut (dan para diskusiwan) tidak/belum tahu command yang sesuai dan diperlukan yang seharusnya digunakan dalam AJAX, tidak perlu repot-repot dengan sleep(), tetapi gunakan saja setTimeOut() kenapa sih?!

Saya, tersenyum, iya ya, sama halnya dengan autisme. Tidak usahlah berkutat dengan metode yang memang tidak dikembangkan khusus untuk autisme, sudah begitu tidak berhasil lagi. Jadi, gunakanlah metode yang khusus dikembangkan untuk autisme, yang sudah terbukti efektif dan efisien.

Untuk terapi autisme ini, ABA khusus dikembangkan untuk autisme, dan berdasarkan hasil penelitian ternyata terbukti efektif dan efisen. Sebagaimana dianjurkan oleh NYSDOH (1997), USPHS (1999), dan AAP (2007).

Kelebihan ABA, antara lain metodenya berdasarkan ilmu yang sudah lebih dari 1 abad, kemudian sistematik, terstruktur, dan terukur. Sistematika, struktur, penilaian, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dlsb nya dikembangkan melalui berbagai penelitian. Dan terlebih lagi, ternyata terbukti efektif dan efisien.

Jadi, kalau sudah ada metode yang (almost) perfect ini, yang cocok untuk autisme, maka buat apa lagi mencoba-coba metode yang lain? Sama halnya, pada AJAX tidak perlu berkutat dengan sleep(), tetapi gunakan saja setTimeOut().

Tetap semangat...!
Autisme? Siapa takuuut...?!
Autisme bisa sembuh/disembuhkan...!
Autism is treatable...! Autism is cureable...!
Verbal yuuuk...! Sekolah reguler yuuuk...! Sembuh yuuuk...!!!

Read more »

DRAGONS DEN DAN KESEMBUHAN AUTISME


Dragons Den Dan Kesembuhan Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Dragons Den Dan Kesembuhan Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Dragon’s Den (Sarang Naga), adalah suatu acara di BBC Knowledge, yaitu berbagai orang dari berbagai latar belakang, menghadapi 5 orang multi-milyuner yang merupakan pengusaha kelas kakap, untuk mengajukan permohonan dana dengan sistem kerjasama bagi hasil.

Pada suatu episode, ada seorang penemu yang mengajukan pinjaman sebesar 50ribu pound untuk mengembangkan usahanya, antara lain untuk pemesanan 50ribu alat buatannya. Orang tersebut membuat suatu alat sederhana berupa lempengan untuk ditaruh di bawah pizza beku yang dimasak dengan microwave.
Seperti diketahui, pada pizza beku yang dimasak dengan microwave, maka akan terjadi masalah “becek di tengah” (itu istilah orang tersebut, yang menjadikan para Naga tergelak). Hal tersebut terjadi oleh karena bagian tengah yang paling akhir mencair, sedangkan bagian lainnya telah lebih dahulu matang. Nah alat tersebut mencegah terjadinya “becek di tengah”.

Selesai presentasi, mulailah dilancarkan pertanyaan-pertanyaan oleh para Naga untuk mengetahui prospek bisnisnya.
Ternyata 3 Naga tidak melihat kesempatan menguntungkan. Seorang Naga mengatakan jika biaya produksi per buah sebesar 65 pence dan harga jual 2 pound, maka jika dia minta bagi hasil sebesar 100% saja maka dia tidak akan mendapat keuntungan. Seorang lagi mengatakan, jual saja lisensinya ke perusahaan besar, sehingga walau dia hanya mendapat 10 pence saja maka sudah untung baginya. Bahkan seorang Naga lainnya memberi komentar yang cukup kasar, yaitu agar supaya dia berhenti berhayal, jangan berbuat gila lagi, jangan membuat apa-apa lagi, teruskan saja bekerja sebagai pegawai.

Biasanya jika seorang Naga saja telah memberi penilaian yang tidak baik, maka Naga lainpun mempunyai penilaian yang lebih kurang sama. Namun pada kali itu, seorang Naga berpendapat lain, rupanya dia melihat celah bisnis dan prospeknya jika pemasaran/distribusi melalui jalur-jalur yang dia kuasai. Kemudian Naga tersebut mengajukan penawaran, bahwa dia bersedia memberikan dana setengah dari yang diperlukan dengan konsesi 25%. Begitupun dengan seorang Naga lainnya, yang juga melihat prospek yang bagus berdasarkan jalur bisnis yang dia kuasai. Sehingga kemudian terjadilah kesepakatan bisnis, dan penemu tersebut mendapat sokongan dana yang diperlukan.

Lalu, apa hubungannya dengan kesembuhan autsime? Secara langsung memang tidak ada. Namun kita bisa mengambil pelajaran, bahwa orang-orang yang tidak tahu dan/atau tidak menguasai ilmu untuk kesembuhan autisme maka mungkin akan alergi terhadap kata sembuh, bahkan mungkin menghujat dan menyerang habis-habisan. Seperti juga ketiga Naga tersebut di atas, bahkan seseorang mencela dengan mengatakan profesor gila.
Namun bagi mereka yang mengetahui dan menguasai ilmunya untuk kesembuhan autisme, maka mereka akan menyokong hal tersebut, sama halnya dengan dua Naga tersebut di atas yang tidak mempedulikan ketiga Naga lainnya, karena mereka tahu serta menguasai cara untuk keberhasilan produk yang diajukan itu.

Tetap semangat...!
Autisme? Siapa takuuut...?!
Autisme bisa sembuh/disembuhkan...!
Autism is treatable...! Autism is cureable...!
Verbal yuuuk...! Sekolah reguler yuuuk...! Sembuh yuuuk...!!!

Read more »