. MASALAH RIVALITAS PADA SAUDARA KANDUNG PENYANDANG AUTISME | ABA Istimewa

Google Translate

Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German Spain Italian Dutch

MASALAH RIVALITAS PADA SAUDARA KANDUNG PENYANDANG AUTISME

Masalah Rivalitas Pada Saudara Kandung Penyandang Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Masalah Rivalitas Pada Saudara Kandung Penyandang Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Saudara kandung dari anak autistik bisa menganggap anak autistik adalah rivalitas (saingan) yang mencuri seluruh perhatian dan milik/harta-benda dari mereka, oleh karena umumnya perhatian orangtua dan seluruh keluarga terpusat bahkan tersedot pada anak autistik mereka, sehingga mereka kurang memperhatikan bahkan seperti menelantarkan anak(-anak)nya yang lain, sehingga timbul kecemburuan pada anak(-anak) tersebut yang bisa bermanifestasi dengan menyerang bahkan membahayakan saudaranya yang autistik, dan/atau menjadi anak yang bermasalah atau anak nakal.

Beberapa saudara kandung anak autistik mengalami kecemasan, kemarahan, kecemburuan, malu, terlantar dan kesepian. Saudara kandung anak autistik juga mengalami fase-fase penerimaan (coping mechanism) yang juga dialami oleh orangtua. Jadi perlu diingat, bahwa yang membutuhkan pertolongan tidak hanya anak autistik kita, tetapi juga kakak/adik mereka. Dari hasil penelitian, respons anak-anak yang mempunyai adik/kakak yang autistik tergantung dari banyak faktor yang meliputi umur, temperamen, kepribadian, urutan kelahiran, jenis kelamin, perilaku dan contoh dari orangtua, dan pengaruh ada/tidaknya dukungan formal maupun informal.

Perlu diingat bahwa orangtua merupakan contoh (model) perilaku yang penting bagi saudara kandung anak autistik dalam menata emosi mereka, sehingga orangtua perlu berhati-hati dalam perilakunya sendiri. Bantu mereka belajar cara mengatasi dan menata emosi mereka, dengan cara yang sabar, penuh pengertian, dan bimbingan serta arahan dari orangtua ataupun profesional jika diperlukan. Perhatikan dan hargai apa yang diucapkan/dikemukakan oleh mereka, baik yang positif maupun yang negatif. Orangtua perlu berhati-hati dalam tindak-tanduknya dan dalam berbagi perasaannya, baik yang positif maupun yang negatif.

Setiap keluarga adalah unik, dan mempunyai latar belakang keyakinan, nilai, dan kebutuhan sendiri-sendiri. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan/diperhatikan dalam membantu saudara kandung anak autistik mengatasi kondisi/perubahan adanya saudara yang autistik.
  1. Komunikasikan secara berkesinambungan tentang berbagai hal kepada saudara kandung sesuai kemampuan pemahaman mereka. Informasi yang dimengerti oleh mereka dapat mencegah efek-efek negatif.
  2. Terangkan kepada saudara kandung dari anak autistik mereka tentang perbedaan perlakuan terhadap saudara autistik mereka.
  3. Saudara kandung perlu informasi yang berkesinambungan karena mereka mungkin cemas bahwa akan juga menjadi seperti saudara autistiknya.
  4. Saudara kandung dari anak autistik perlu diajarkan cara menghadapi pertanyaan maupun komentar dari teman-temannya serta orang-orang lain di lingkungannya/masyarakat. Mereka juga perlu disiapkan cara serta bagaimana bersikap dan jalan keluar dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan reaksi lingkungan/masyarakat terhadap saudara autistik mereka.
  5. Saudara kandung juga butuh waktu dan perhatian orangtua yang konsisten dan individual. Umumnya keluarga memberikan banyak pujian serta imbalan hanya kepada anak autistik mereka pada setiap tahap perkembangan yang terjadi. Hal yang sama perlu dilakukan pada saudara kandung anak autistik, yaitu berikan pujian dan penghargaan secara khusus terhadap berbagai kemampuan mereka.
  6. Saudara kandung butuh waktu yang dikhususkan untuk mereka. Jadwalkan waktu-waktu khusus yang rutin bagi mereka, yang memang semata-mata khusus untuk mereka saja bersama orangtua mereka.
  7. Libatkan saudara kandung dalam penanganan saudara autistiknya, namun biarkan mereka memilih dari pilihan yang diberikan tentang peran apa serta bagaimana keterlibatannya, tetapi sebaiknya orangtua jangan mengharapkan hal yang berlebihan.
  8. Walaupun saudara kandung diberikan sebagian tanggung jawab terhadap saudara autistiknya, namun mereka juga butuh ruang dan waktu untuk pribadi mereka sendiri yang patut dihormati oleh orangtua.
  9. Ajarkan cara/kemampuan saudara kandung berhubungan dengan saudara autistik mereka. Misalnya dengan mengajarkan cara bermain antar mereka, lakukan secara bertahap dan berikan pujian-pujian kepada saudara kandung tersebut. Permainan dan mainan harus sesuai dengan umur dan menarik bagi keduanya serta membutuhkan interaksi antar mereka. Ajarkan saudara kandung untuk memberi instruksi-instruksi dan prompt-prompt serta pujian untuk saudara autistiknya.
  10. Saudara kandung butuh rasa aman dari saudara autistik mereka terhadap barang-barang pribadinya. Beberapa anak autistik mungkin bersifat perusak dan sulit dikendalikan. Mereka juga mungkin cekatan dalam mendorong, menggigit, atau melakukan berbagai perilaku yang mengganggu saudara kandungnya. Saudara kandung anak autistik harus diajarkan bagaimana cara berespons terhadap situasi-situasi sulit tersebut. Selain itu orangtua perlu menyediakan tempat yang aman untuk barang-barang milik saudara kandung dari anak autistik mereka, dan juga perlu adanya tempat aman dimana mereka dapat terhindar/menghindarkan diri dari perilaku agresif saudara autistik mereka.
  11. Umumnya keluarga dipusingkan/disibukkan secara terus menerus untuk mengasuh anak autistik mereka, sehingga oleh karena itu orangtua maupun saudara kandung dari anak autistik membutuhkan beberapa jeda istirahat atau waktu istirahat untuk terlepas sementara dari aktivitas sehari-hari yang menguras energi dan emosi mereka.
  12. Saudara kandung dari anak autistik butuh kesempatan untuk merasakan kehidupan dan aktivitas keluarga yang “normal”. Jika perlu, carilah berbagai sumber/fasilitas di masayarakat yang informal maupun formal. Banyak keluarga yang sungkan untuk meminta bantuan, namun demi kebaikan seluruh anggota keluarga maka jangan sungkan untuk mendapatkan dan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia seperti misalnya pelayanan masyarakat untuk penyandang cacat serta keluarganya.
  13. Saudara kandung dari anak autistik perlu ikut dalam suatu kelompok (sibling support group) di mana mereka dapat bertemu dengan keluarga/saudara kandung dari anak-anak autistik yang lainnya, sehingga mereka tidak merasa sendirian di dunia ini, dan juga dapat mendapat/berbagi pengalaman dan pemahaman serta mengungkapan perasaan mereka, di samping juga mereka mendapat kesempatan untuk beriang-ceria sejenak.