. | ABA Istimewa

Google Translate

Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German Spain Italian Dutch

MASALAH RIVALITAS PADA SAUDARA KANDUNG PENYANDANG AUTISME

Masalah Rivalitas Pada Saudara Kandung Penyandang Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Masalah Rivalitas Pada Saudara Kandung Penyandang Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Saudara kandung dari anak autistik bisa menganggap anak autistik adalah rivalitas (saingan) yang mencuri seluruh perhatian dan milik/harta-benda dari mereka, oleh karena umumnya perhatian orangtua dan seluruh keluarga terpusat bahkan tersedot pada anak autistik mereka, sehingga mereka kurang memperhatikan bahkan seperti menelantarkan anak(-anak)nya yang lain, sehingga timbul kecemburuan pada anak(-anak) tersebut yang bisa bermanifestasi dengan menyerang bahkan membahayakan saudaranya yang autistik, dan/atau menjadi anak yang bermasalah atau anak nakal.

Beberapa saudara kandung anak autistik mengalami kecemasan, kemarahan, kecemburuan, malu, terlantar dan kesepian. Saudara kandung anak autistik juga mengalami fase-fase penerimaan (coping mechanism) yang juga dialami oleh orangtua. Jadi perlu diingat, bahwa yang membutuhkan pertolongan tidak hanya anak autistik kita, tetapi juga kakak/adik mereka. Dari hasil penelitian, respons anak-anak yang mempunyai adik/kakak yang autistik tergantung dari banyak faktor yang meliputi umur, temperamen, kepribadian, urutan kelahiran, jenis kelamin, perilaku dan contoh dari orangtua, dan pengaruh ada/tidaknya dukungan formal maupun informal.

Perlu diingat bahwa orangtua merupakan contoh (model) perilaku yang penting bagi saudara kandung anak autistik dalam menata emosi mereka, sehingga orangtua perlu berhati-hati dalam perilakunya sendiri. Bantu mereka belajar cara mengatasi dan menata emosi mereka, dengan cara yang sabar, penuh pengertian, dan bimbingan serta arahan dari orangtua ataupun profesional jika diperlukan. Perhatikan dan hargai apa yang diucapkan/dikemukakan oleh mereka, baik yang positif maupun yang negatif. Orangtua perlu berhati-hati dalam tindak-tanduknya dan dalam berbagi perasaannya, baik yang positif maupun yang negatif.

Setiap keluarga adalah unik, dan mempunyai latar belakang keyakinan, nilai, dan kebutuhan sendiri-sendiri. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan/diperhatikan dalam membantu saudara kandung anak autistik mengatasi kondisi/perubahan adanya saudara yang autistik.
  1. Komunikasikan secara berkesinambungan tentang berbagai hal kepada saudara kandung sesuai kemampuan pemahaman mereka. Informasi yang dimengerti oleh mereka dapat mencegah efek-efek negatif.
  2. Terangkan kepada saudara kandung dari anak autistik mereka tentang perbedaan perlakuan terhadap saudara autistik mereka.
  3. Saudara kandung perlu informasi yang berkesinambungan karena mereka mungkin cemas bahwa akan juga menjadi seperti saudara autistiknya.
  4. Saudara kandung dari anak autistik perlu diajarkan cara menghadapi pertanyaan maupun komentar dari teman-temannya serta orang-orang lain di lingkungannya/masyarakat. Mereka juga perlu disiapkan cara serta bagaimana bersikap dan jalan keluar dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan reaksi lingkungan/masyarakat terhadap saudara autistik mereka.
  5. Saudara kandung juga butuh waktu dan perhatian orangtua yang konsisten dan individual. Umumnya keluarga memberikan banyak pujian serta imbalan hanya kepada anak autistik mereka pada setiap tahap perkembangan yang terjadi. Hal yang sama perlu dilakukan pada saudara kandung anak autistik, yaitu berikan pujian dan penghargaan secara khusus terhadap berbagai kemampuan mereka.
  6. Saudara kandung butuh waktu yang dikhususkan untuk mereka. Jadwalkan waktu-waktu khusus yang rutin bagi mereka, yang memang semata-mata khusus untuk mereka saja bersama orangtua mereka.
  7. Libatkan saudara kandung dalam penanganan saudara autistiknya, namun biarkan mereka memilih dari pilihan yang diberikan tentang peran apa serta bagaimana keterlibatannya, tetapi sebaiknya orangtua jangan mengharapkan hal yang berlebihan.
  8. Walaupun saudara kandung diberikan sebagian tanggung jawab terhadap saudara autistiknya, namun mereka juga butuh ruang dan waktu untuk pribadi mereka sendiri yang patut dihormati oleh orangtua.
  9. Ajarkan cara/kemampuan saudara kandung berhubungan dengan saudara autistik mereka. Misalnya dengan mengajarkan cara bermain antar mereka, lakukan secara bertahap dan berikan pujian-pujian kepada saudara kandung tersebut. Permainan dan mainan harus sesuai dengan umur dan menarik bagi keduanya serta membutuhkan interaksi antar mereka. Ajarkan saudara kandung untuk memberi instruksi-instruksi dan prompt-prompt serta pujian untuk saudara autistiknya.
  10. Saudara kandung butuh rasa aman dari saudara autistik mereka terhadap barang-barang pribadinya. Beberapa anak autistik mungkin bersifat perusak dan sulit dikendalikan. Mereka juga mungkin cekatan dalam mendorong, menggigit, atau melakukan berbagai perilaku yang mengganggu saudara kandungnya. Saudara kandung anak autistik harus diajarkan bagaimana cara berespons terhadap situasi-situasi sulit tersebut. Selain itu orangtua perlu menyediakan tempat yang aman untuk barang-barang milik saudara kandung dari anak autistik mereka, dan juga perlu adanya tempat aman dimana mereka dapat terhindar/menghindarkan diri dari perilaku agresif saudara autistik mereka.
  11. Umumnya keluarga dipusingkan/disibukkan secara terus menerus untuk mengasuh anak autistik mereka, sehingga oleh karena itu orangtua maupun saudara kandung dari anak autistik membutuhkan beberapa jeda istirahat atau waktu istirahat untuk terlepas sementara dari aktivitas sehari-hari yang menguras energi dan emosi mereka.
  12. Saudara kandung dari anak autistik butuh kesempatan untuk merasakan kehidupan dan aktivitas keluarga yang “normal”. Jika perlu, carilah berbagai sumber/fasilitas di masayarakat yang informal maupun formal. Banyak keluarga yang sungkan untuk meminta bantuan, namun demi kebaikan seluruh anggota keluarga maka jangan sungkan untuk mendapatkan dan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia seperti misalnya pelayanan masyarakat untuk penyandang cacat serta keluarganya.
  13. Saudara kandung dari anak autistik perlu ikut dalam suatu kelompok (sibling support group) di mana mereka dapat bertemu dengan keluarga/saudara kandung dari anak-anak autistik yang lainnya, sehingga mereka tidak merasa sendirian di dunia ini, dan juga dapat mendapat/berbagi pengalaman dan pemahaman serta mengungkapan perasaan mereka, di samping juga mereka mendapat kesempatan untuk beriang-ceria sejenak.

Read more »

BIOMEDICAL INTERVENTION THERAPY UNTUK AUTISME

Biomedical Intervention Therapy Untuk Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Biomedical Intervention Therapy Untuk Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Biomedical Intervention adalah ilmu medis/kedokteran yang menterapi/memperbaiki masalah nerobiologis dan biokimiawi yang terdapat pada autistik.
Autisme diyakini penyebabnya yaitu mempunyai dasar genetik dan dipicu oleh faktor lingkungan Faktor genetik ini mengakibatkan banyak hal, misalnya masalah/gangguan enzym, imunologi, dlsb.
Gangguan/masalah imunologi ini menyebabkan a.l. anak jadi sering/mudah sakit sehingga sering mendapat antibiotik. Antibiotik ini akan membunuh "bakteri baik" di saluran usus, sehingga terjadi overgrowth (tumbuh berlebihan) "bakteri jahat" dan jamur yang akan merusak dinding usus sehingga terjadi suatu keadaan yang disebut sebagai leaky gut syndrome.
Leaky gut syndrome menyebabkan berbagai bahan yang ada di saluran usus yang normalnya tidak diserap akan terserap yang kemudian mengganggu kerja otak dan syaraf.

Biomedical Intervention sebenarnyalah bukan merupakan merupakan ilmu baru, melainkan merupakan gabungan dari berbagai cabang ilmu kedokteran mainstream, seperti misalnya toksikologi, nerologi, imunologi, gastroenterologi, hepatologi, biokimia, dlsb.
Karena berbeda dengan penyakit-penyakit lain umumnya, yang hanya melibatkan terapi tunggal (umpamanya tifus hanya melibatkan pengobatan yang tertentu/terbatas saja), oleh karena kelainan yang terdapat pada sistem nerobiologis pada anak adalah kelainan yang multi-facet yang meliputi hampir seluruh sistem tubuh yang ada.
Pemberian obat-obat dan suplemen-suplemen pada Biomedical Intervention, ditujukan untuk mengobati/mengatasi masalah yang ada pada sistem nerobiologisnya, yaitu yang meliputi hampir seluruh sistem tubuh yang ada, misalnya sistem gastrohepatointenstinal, sistem detoksifikasi, sistem syaraf pusat (otak), dlsb.

Biomedical Intervention, terdiri atas restrictive-diet, medikamentosa (obat-obat), dan suplemen.
Diet dilakukan terhadap berbagai makanan/bahan makanan apapun yang diketahui mempunyai efek yang tidak baik pada anak. Diet utamanya terhadap susu dan terigu yang disebut CFGFSF (Casein-Free, Gluten-Free, Sugar-Free) diet. Hal ini berdasarkan oleh karena terdapat masalah genetik pada penyandang autisme, maka protein casein dari susu dan bahan gluten dari terigu tidak seluruhnya dicerna secara sempurna.

Protein casein dari susu yang berupa rangkaian dari asam-asam amino normalnya dipecah habis sehingga menjadi 1 cincin asam amino saja. Namun pada penyandang autisme banyak yang masih terdiri dari 2/3/lebih asam-asam amino, yang disebut sebagai peptida (peptide) yaitu dipeptida, tripeptida, dst.

Normalnya peptida-peptida ini tidak diserap oleh usus oleh karena merupakan molekul yang relatif besar dibandingkan “pori-pori” usus. Namun pada penyandang autisme, terjadi kerusakan pada dinding usus yang disebabkan oleh air raksa (merkuri) dari pengawet vaksin, ataupun karena virus campak dari vaksin Campak/MMR, ataupun karena terjadinya overgrowth (pertumbuhan berlebihan) pada jamur, maka terjadi suatu kondisi yang disebut hiperpermeabilitas (peningkatan permeabilitias/daya serap usus).
Hal ini bisa kita ibaratkan dengan saringan santan. Normalnya parutan kelapa tidak dapat menerobos saringan, tetapi hanya santannya saja yang bisa lewat. Namun jika terjadi pelebaran pada lubang-lubang saringan tersebut, maka banyak parutan kelapa yang juga ikut melalui saringan tersebut.

Sehingga pada penyandang autisme, peptida-peptida ini menjadi terserap oleh usus, kemudian mengikuti aliran darah dan mencapai otak.
Di otak terdapat berbagai reseptor, antara lain reseptor morfin. Reseptor ini ibarat sarang kunci kontak mobil, dimana anak kunci yang cocok akan dapat masuk dan men-start mesin mobil tersebut. Begitu juga dengan morfin, mereka akan memasuki reseptor-reseptornya dan menyebabkan efek/gejala morfinis. Nah, peptida-peptida yang berasal dari casein susu dan gluten terigu “bentuknya” serupa dengan “anak-kunci” morfin (seperti anak kunci palsu/duplikat), sehingga peptida-peptida ini bisa menempati/memasuki reseptor morfin dan menimbulkan gejala seperti mengkonsumsi morfin.
Oleh karena itu peptida yang berasal dari protein casein susu disebut caseomorphin, dan yang berasal dari glutein terigu disebut gluteomorphin, dan mereka dapat dideteksi dari urin penyandang autisme yang mengkonsumsi susu dan terigu, seperti layaknya tes yang dilakukan pada pengunjung diskotik saat razia oleh polisi/BNN.

Oleh karena itulah pada penyandang autisme perlu dilakukan diet CFGF (Casein-Free, Gluten-Free), yaitu mereka sama sekali tidak boleh mengkonsumsi susu dengan segala produknya (keju, yoghurt, dll) serta terigu dengan segala produknya.
Diet ini harus dijalankan secara ketat, harus 100 persen tanpa susu dan terigu, tidak boleh ada “kebocoran” sedikitpun atau sekali-sekalipun, baik yang disengaja maupun “kontaminasi” (sneaky) dari bahan makanan lain.

Di samping CFGF diet, anak juga perlu diet gula (Sugar-Free) yaitu tidak diberikan gula dalam bentuk murni atau dalam makanan/minuman dari sumber apapun (gula pasir, gula Jawa/aren/kelapa, sirup, madu, sari kurma, dlsb).
Masalahnya dengan pemberian gula ini (disakarida/polisakarida), yaitu adanya sisa-sisa gula dalam saluran perncernaan yang tidak terserap oleh usus, dan yang kemudian menjadi makanan/”pupuk” bagi jamur, sehingga jamur tumbuh berlebihan yang akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut sebagai leaky-gut syndrome, yaitu meningkatnya permeabilitas (daya serap) usus, sehingga bahan-bahan yang seharusnya tidak terserap menjadi terserap (termasuk produk-produk/toksin dari jamur, bakteri, dan parasit) yang akan mengganggu kerja syaraf/otak. Di samping itu juga terbentuk gas-gas yang akan menyebabkan anak menjadi kembung serta adanya colicky-pain.

Jadi, restrictive-diet bagi penyandang autistik tidak hanya CFGF, tetapi lengkapnya adalah CFGFSF diet (Casein-Free, Gluten-Free, dan Sugar-Free).
CFGF harus mutlak 100%, atau dengan perkataan lain tidak ada sama sekali (0%) yang dikonsumsi, tidak boleh diet ini “bocor” walaupun hanya sesekali atau seminggu sekali. Hal ini disebabkan oleh karena efek/pengaruh dari “kebocoran” susu/terigu akan berlangsung panjang, yaitu pada susu bisa mencapai 4-6 minggu, sedangkan pada terigu bisa mencapai 6-8 minggu.
Jadi, jika kebocoran pada minggu ini, maka efek/pengaruhnya akan berlangsung 4-6/6-8 minggu kemudian. Untuk minggu berikutnya dan minggu-minggu berikutnya maka efek/pengaruh akan lebih memanjang lagi,
Itulah sebabnya, banyak orangtua yang rasanya telah menterapkan diet pada anaknya namun karena ada kebocoran-kebocoran ini, sehingga efek/pengaruh susu/terigu tetap ada sepanjang tahun. Sehingga mereka merasa (hampir) tidak ada bedanya antara diet dengan tidak diet sebelumnya, karena dietnya adalah “diet” (dalam tanda petik) sehingga tidak-diet dibandingkan dengan “diet”, atau lebih tepatnya bahwa tidak-diet dibandingkan dengan “tidak-diet”, ya pastilah (hampir) sama saja.

Selain CFGFSF Diet tersebut, anak juga harus berpantang terhadap semua makanan/bahan makanan apapun yang diketahui tidak boleh dikonsumsi dan atau mengganggu/merusak sistem nerobiologisnya ataupun memperlihatkan efek masalah perilaku, baik yang diketahui dengan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan maupun diketahui dari hasil diet rotasi dan eliminasi.

Penelitian-penelitian yang dilakukan pada autisme menghasilkan temuan adanya abnormalitas pada pola dan disfungsi metabolisme, yang meliputi:
  1. Disfungsi sistem pencernaan yaitu antara lain konstipasi, diare, refluks, peningkatan permeabilitas, penurunan produksi enzim (termasuk DPP IV), abnormalitas mikroflora;
  2. Nero-inflamasi (aktivasi neroglial, penurunan aliran darah pada beberapa bagian otak, abnormalitas ukuran otak;
  3. Gangguan hormonal yaitu antara lain peningkatan produksi kortisol, gangguan serotonin serta dopamin;
  4. Stres oksidatif yaitu antara lain penurunan methionine dan pertanda-pertanda lainnya yang menunjukkan terjadi penurunan kapasitas metilasi, peningkatan homocysteine, penurunan glutation, peningkatan peroksidasi lipin, penurunan kadar B12, dlsb;
  5. Disfungsi mitokondrial yaitu antara lain penurunan kadar carnitine serta peningkatan laktat.

Berbagai usaha untuk menormalisasi/mengatasi masalah-masalah tersebut berdasarkan data-data yang didapat pada individu-individu penyandang autisme, telah menghasilkan perbaikan pada bicara, perilaku, kognisi, perhatian, kesehatan secara umum, dlsb. Dan banyak dari mereka yang mencapai tingkatan yang dapat dikatakan sebagai sembuh. Namun memang dibutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk melaksanakan Biomedical Intervention ini.

Read more »

DETEKSI DINI AUTISME

Deteksi Dini Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Deteksi Dini Autisme || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Deteksi dini atau skrining terhadap autisme dapat dilakukan secara sederhana dengan tools (perangkat) yang sederhana misalnya dengan STAT (Screening Tool for Autism in Two-Year-Olds), atau dengan CHAT/M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddler).
M-CHAT adalah versi Amerika yang merupakan perluasan dari CHAT yang berasal dari Inggris. Pada CHAT terdapat 9 pertanyaan untuk orangtua, sedangkan pada M-CHAT terdapat 23 pertanyaan.

Sedangkan untuk mendeteksi bentuk ASD yang lebih samar, misalnya high-functioning autism atau Asperger syndrome digunakan Autism Spectrum Screening Questionnaire (ASSQ), Australian Scale for Asperger's Syndrome, atau Childhood Asperger Syndrome Test (CAST) untuk anak usia sekolah yang ditujukan pada anak-anak dengan gangguan/masalah sosial dan perilaku tanpa adanya masalah keterlambatan bicara yang berarti.


CHAT (Checklist for Autism in Toddler)


A. Pertanyaan Untuk Orangtua
  1. Apakah anak anda senang diayun-ayun, dilonjak-lonjakkan di lutut, dsb?
  2. Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?
  3. Apakah anak anda suka memanjat berbagai hal, misalnya naik-turun tangga?
  4. Apakah anak anda senang bermain cilukba, petak-umpet?
  5. Apakah anak anda kadang bermain pura-pura, misalnya pura-pura membuat teh menggunakan cangkir dan teko, atau bermain pura-pura yang lain?
  6. Apakah anak kadang menunjuk dengan telunjuknya, untuk meminta sesuatu?
  7. Apakah anak kadang menunjuk dengan telunjuknya, untuk menyatakan ketertarikannya pada sesuatu?
  8. Apakah anak anda bermain dengan benar/sesuai terhadap mainan-mainan kecil (misalnya mobil-mobilan, balok lego) bukannya sekedar menggigiti, mengacak-acak atau membuang-buang mainan?
  9. Apakah anak anda kadang membawa dan memamerkan/mempertunjukkan berbagai benda ke anda? 

B. Pemeriksaan Di Ruang Praktek Dokter:

Penggunaan CHAT di ruang praktek dokter membutuhkan waktu tidak sampai 5 menit, namun sangat efektif dalam memprediksi kemungkinan seorang anak usia 18-24 bulan sebagai autisme, PDD, Asperger dan sindrom perkembangan lainnya.

Terdapat 5 bagian/tahapan pada CHAT.
  1. Bagian/Tahap Pertama:
    Saat bertemu dengan anak, apakah anak melakukan kontak mata?
  2. Bagian/Tahap Kedua *):
    Tarik perhatian anak, kemudian tunjuk ke benda yang menarik di seberang (bagian lain dari) ruangan, kemudian katakan “Wah/eh lihat (tuh/itu), ada .......... (sebutkan nama suatu mainan)!”
    Perhatikan wajah anak, apakah anak melihat ke arah benda yang ditunjuk?
  3. Bagian/Tahap Ketiga **):
    Tarik perhatian anak, kemudian berikan miniatur gelas/cangkir dan teko mainan, dan katakan “Bisa buat teh tidaaak...?” / “Coba buat teeeh...”.
    Bisa juga diganti dengan hal lainnya, misalnya gelas dan teko/ceret, dan katakan “Bisa tuang(in) air tidaaak...?” / “Minta air dooong...” (sambil menyodorkan gelas ke arah teko).
    Perhatikan apakah anak melakukan seakan-akan menuangkan teh/air, kemudian meminumnya, dlsb?
  4. Bagian/Tahap Keempat ***):
    Katakan kepada anak “(Coba) Tunjuk lampu...” / “Lampu manaaa...” / “Mana lampuuu...”.
    Perhatikan apakah anak menunjuk ke arah lampu?
  5. Bagian/Tahap Kelima:
    Apakah anak mampu menyusun balok mainan (ump. Lego)?
    Jika ya, berapa banyak tumpukannya?



Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan skrining CHAT ini, yaitu sebagai berikut:
  • Sebelum memberikan pertanyaan/instruksi, pastikan terlebih dahulu bahwa anak melihat ke kita.
  • *) Pada tahap kedua tersebut, merupakan pertanyaan yang penting sebagai indikasi ada tidaknya ciri autistik.
    Namun hal yang perlu diperhatikan yaitu pastikan bahwa anak memang benar-benar melihat benda yang kita tunjuk di seberang ruangan, bukannya anak hanya sekedar melihat ke tangan kita. 
  • **) Pada bagian ketiga tersebut di atas, bisa diganti dengan permainan pura-pura (pura-pura bermain/memainkan) hal yang lainnya.
  • ***) Pada bagian keempat tersebut, bisa diganti dengan misalnya “Mana beruang/ kelinci/bebek/dll?” ataupun berbagai benda lainnya yang di luar jangkauan kita maupun anak. 
  • Jika anak tidak mampu melakukan kelima hal tersebut di atas, maka itu berarti bahwa besar kemungkinannya anak tersebut mengalami/menyandang autisme. Jika anak tidak mampu melakukan 3 dari 5 hal tersebut di atas, maka anak tersebut mungkin autistik. 

 Setiap anak yang gagal dalam tes ini, bisa dicoba dilakukan tes ulang pada kunjungan berikut 1 bulan kemudian. Namun berdasarkan fakta bahwa kunci keberhasilan penanganan autisme adalah intervensi dini, serta semakin dini semakin baik, maka lebih bijaksanalah jika tidak dilakukan penundaan perujukan berupa pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian.
 Jika pada tes kedua ini tetap gagal ataupun segera setelah tes pertama mengindikasikan kemungkinan autistik, maka sebaiknya dirujuk ke dokter yang memang khusus menangani/ menguasai autisme, ataupun dokter dapat memeriksanya lebih lanjut dengan menyesuaikan tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada sesuai dengan kriteria yang ada di dalam DSM-IV-TR / ICD-X.

Pada bagian A5 merupakan kemampuan bermain pura-pura (pretend play), A7 kemampuan dasar menyatakan maksud (protodeclarative pointing).
Pada bagian B2 merupakan kemampuan mengikuti arahan tunjukan (following a point), B3 kemampuan imajinasi (pretending), B4 merupakan kemampuan menunjuk (producing a point).

Pada bagian A1 merupakan kemampuan permainan gerak kasar (rough and tumble play), A2 merupakan kemampuan minat sosial (social interest), A3 merupakan kemampuan motorik (motor development), A4 merupakan kemampuan bermain sosial (social play), A6 merupakan kemampuan dasar memberi instruksi (protoimperative pointing), A8 merupakan kemampuan bermain fungsional (functional play), A9 merupakan kemampuan mempertunjukkan (showing).

Jika anak tidak mempunyai kemampuan pada bagian A5, A7, B2, B3, dan B4, maka besar kemungkinannya anak mengidap autisme (anak termasuk dalam golongan risiko tinggi mengidap autisme).
Jika hanya A7 dan B4 (tanpa A5, B2, dan B3) maka mungkin autisme (anak termasuk dalam golongan risiko menengah mengidap autisme).
Jika ada gejala di luar kedua kelompok tersebut, maka masih mungkin anak mengidap autisme.

 Bagi mereka yang termasuk dalam risiko tinggi maupun risiko menengah, harus segera dirujuk ke dokter yang menguasai autisme untuk mendapatkan diagnosis pasti.
Selain itu, masih memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan/tes ulang satu bulan kemudian. Namun berdasarkan fakta bahwa kunci keberhasilan penanganan autisme adalah intervensi dini, serta semakin dini semakin baik, maka lebih bijaksanalah jika tidak dilakukan penundaan perujukan berupa pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian.

Read more »

LIE TO ME (BOHONGILAH AKU)

Lie To Me (Bohongilah Aku)
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Lie To Me (Bohongilah Aku) || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Sangat menarik mempelajari ilmu perilaku manusia, apalagi dalam hal bohong.
Mungkin dulu kita hanya mengenal bahwa terdapat 25 tanda kebohongan pada lelaki dan 15 pada wanita (waduh, jadi artinya dibandingkan wanita maka lelaki relatif lebih mudah diketahui jika berbohong).

Namun dengan berkembangnya ilmu, maka saat ini diketahui banyak sekali berbagai tanda kebohongan. Bahkan tanda-tanda kebohongan pada muka saja paling tidak ada 3.000 buah, belum lagi dengan gesture, misalnya adanya asymetrical axis, seperti contohnya ketika President Clinton di mimbar melakukan penyangkalan dengan mengatakan “I never have sex relation with miss Lewinsky”. Nah, terdapat gestur yang asimetrik, yaitu sang presiden tersebut menggerak-gerakkan tangannya dengan jari telunjuknya ke arah kanan, sedangkan pandangannya ke arah kiri. Seperti juga yang dibahas pada film semi-dokumenter Lie To Me yaitu The Lightman Group yang bekerja sama dengan FBI, ataupun film dokumenter Science and Lie, dan juga Lie Lab, dll.

Untuk dapat mendeteksi kebohongan, yang penting adalah pertanyaan yang tepat, begitu diutarakan oleh Doktor Cal Lightman. Namun bisa saja itu hanya muncul dalam “fraction of second”, mungkin hanya sekilas saja. Jadi, sungguh menarik ketika memperhatikan Bapak Hendropriyono yang diwawancarai pada acara Sentilan Sentilun di Metro TV, dimana ekspresi wajahnya berbicara jauh lebih banyak daripada kata-kata yang diucapkannya. Bahkan ekspresi tersebut bisa bertahan paling tidak 1-2 detik. Sangat mengherankan, oleh karena beliau adalah mantan Kepala BIN (Badan Intelijen Negara). Ataukah itu juga merupakan kemampuan intelijennya untuk disinformasi? Wallahu alam.

Kemudiannya, jadi sungguh menarik memperhatikan ekspresi dan gerakan tubuh para orang maupun tokoh nasional yang muncul di televisi, wah si anu dan si itu patut dicurigai berbohong.
Jadi, agak mengherankan juga ketika seorang pakar psikologi dari Universitas Indonesia yang dimintai pendapatnya di Metro TV tentang ekspresi Gayus Tambunan saat mendengarkan vonis, yaitu sang pakar tersebut tidak mampu menangkap suatu tanda apapun.
Padahal jelas terlihat, saat hakim menyebutkan vonis 3 tahun penjara, maka terlihat helaan nafas dari Gayus Tambunan yang tampaknya merasa lega. Entah lega karena divonis lebih rendah dari tuntutan jaksa, ataukah lega karena sesuai seperti yang sudah “diketahui” sebelumnya oleh ybs, atau hal lainnya.
Namun lebih menarik lagi, yaitu setelah helaan nafas lega tersebut, terjadilah beberapa kali tarikan nafas yang memburu, yang merupakan tanda dari perangsangan saraf simpatik, yang menandakan respons fight or flight, seakan-akan berkata “awas lho”, entah apa atau terhadap siapa, tetapi mungkin bisa dikaitkan dengan pernyataan Gayus Tambunan pada konferensi pers setelah usai sidang tersebut.

Namun, ada juga orang-orang yang penampilannya tanpa ekspresi, yang diistilahkan sebagai poker-face, sehingga hal tersebut menjadikan orang sulit mendeteksi saat ybs berbohong.
Tetapi selain di satu sisi bisa menguntungkan ybs, namun di sisi lain hal tersebut bisa merugikan. Sebagai contoh saat Presiden SBY yang tanpa ekspresi (seperti biasanya) mengatakan bahwa gajinya belum pernah naik selama 6-7 tahun ini. Nah, orang jadi salah tangkap, yaitu dikatakan bahwa SBY mengeluhkan gajinya, padahal kan mungkin sebenarnya beliau ingin mengatakan bahwa tidak naikpun tidak apa, tidak masalah bagi beliau.

Namun walaupun poker-face, tetap saja masih bisa dideteksi dari hal yang lain, seperti misalnya saat beliau membatalkan keberangkatan ke Belanda. Kemudian sebelum menunda konferensi pers untuk memberi kesempatan tataletak mikrofon-mikrofon, terlihat tanda-tanda kegelisahan/kecemasan (jika tidak boleh dikatakan ketakutan). Dan saat beliau beranjak untuk menunda konferensi pers, beliau berbincang sekilas dengan Wapres Budiyono, namun sayangnya gerakan tangan dan gesturenya hanya mencerminkan “I am a boss” bukannya “I am the boss”.

Ada lagi masalah dengan poker-face pada seorang petinggi di masa lalu. Konon kabarnya terjadi masalah besar dalam keluarga sang mantu/besan. Kemudian sang boss klan tersebut berkata singkat dengan wajah dinginnya, “bereskan saja”, sehingga menyebabkan hilangnya nyawa seorang mantan peragawati. Padahal maksud sang bos adalah memang benar-benar agar dibereskan dengan cara baik-baik saja, namun diterjemahkan lain oleh orang-orang di sekitarnya, begitu konon katanya.

Jadi, lain kali, jika anda akan berbohong, ingatlah bahwa terdapat banyak sekali tanda kebohongan yang bisa “dibaca” oleh orang-orang di sekitar anda ataupun orang lainnya.

Read more »

JANGAN BENCI IBUMU

Jangan Benci Ibumu
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
Jangan Benci Ibumu || gambar foto terapi intervensi dini autis autism autisme metode applied behavior analysis aba lovaas biomedical intervention liza rudy sutadi jakarta indonesia Suatu sore saya menonton film seri Frasier. Yaitu film seri tentang Dr. Frasier Crane, seorang psikiater yang merupakan penyiar radio terkenal di Seattle.
Dalam seri itu, Dr. Frasier Crane yang bersama adiknya Dr. Niles Crane, melihat ayahnya sedang dinner di restoran bersama seorang wanita bekas tetangga mereka dulu.
Mereka berdua curiga atas kedekatan ayah mereka dengan wanita tersebut (namanya lupa, kalau tidak salah Lulu).

Kemudian Dr. Niles membuka-buka buku hariannya pada 30 tahun yang lalu saat dia berumur 9 tahun. Ditemukanlah catatannya sendiri bahwa pada musim panas 30 tahun yang lalu, sering dia dan kakaknya terbangun malam-malam mendengar pertengkaran antara ayahnya dan ibunya (yang saat ini sudah meninggal dunia).
Kemudian dalam buku harian Dr. Niles tersebut mereka menemukan bahwa Dr. Niles menulis bahwa pada suatu malam di musim panas itu, dari balik jendela kamarnya di lantai 2, dia melihat bahwa ayahnya berpelukan dengan Lulu, dan sejak malam itu hubungan antara kedua orangtuanya dan tetangganya tersebut menjadi renggang.

Setelah membaca catatan tersebut, mereka berdua menjadi curiga bahwa ayah mereka pernah berselingkuh dengan Lulu tersebut. Mereka ingin cari tahu lebih banyak, sehingga Dr. Niles ingin menelpon bibi Vivian (tante mereka) yang biasanya tahu tentang rahasia-rahasia keluarga mereka. Namun tidak jadi, dan kemudian Daphne Moon, yaitu fisioterapis ayah mereka yang tinggal bersama di apartemen mereka, mengusulkan untuk “langsung tanya saja kepada ayahmu”. Tiba-tiba tedengar suara “apa yang ingin ditanyakan?” Rupanya tanpa diketahui , Martin Crane, ayah mereka sudah masuk ke dalam ruang keluarga. Kemudian Daphne yang kenes dan sifatnya blak-blakan, dengan logat Inggrisnya yang kental mengatakan bahwa Dr. Frasier dan Dr. Niles mencurigai bahwa pernah terjadi perselingkuhan antara ayah mereka dan Lulu setelah mereka melihat ayah mereka dinner bersama Lulu semalam.

Martin Crane menjawab, dengan mereka dinner semalam, tidak lantas membuktikan bahwa mereka berselingkuh 30 tahun yang lalu. Dr. Frasier mengatakan bahwa mereka membaca catatan Dr. Niles bahwa Dr. Niles melihat ayah mereka berpelukan di halaman rumah pada suatu musim panas 30 tahun yang lalu, dan tadinya mereka berniat menelpon bibi Vivian.

Mendengar hal tersebut, kemudian Martin Crane meminta Daphne meninggalkan ruangan, agar mereka dapat bicara bertiga saja. Setelah itu Martin Crane mengatakan bahwa “memang saya berselingkuh dengan Lulu, dan saya tidak mau membahas itu lagi, end of discussion!” Kemudian Martin Crane segera ke kamar tidurnya, meninggalkan mereka yang terhenyak dan merasa terpukul atas penghianatan ayah mereka terhadap ibu mereka.

Singkat cerita, beberapa hari kemudian Dr. Frasier membukakan pintu apartemennya karena ada seseorang menekan bel. Waduh, ternyata Lulu berada di depannya, berusia sekitar 50 tahun tetapi masih cantik serta menarik dan well-dressed. Lulu menanyakan Martin Crane, ingin bertemu dan ingin memohon maaf oleh karena meninggalkan Martin Crane begitu saja saat dinner beberapa hari yang lalu, yang dia rasa perbuatannya itu kurang sopan. Namun Dr. Frasier hanya menyambut Lulu di depan pintu saja, dan menjawab dingin serta agak ketus.

Lulu merasakan ada sesuatu yang tidak beres, dan menanyakan mungkin dia datang pada saat yang tidak tepat. Dr. Frasier menjawab, yah, memang sulit untuk melupakan begitu saja atas pengakuan ayahnya tentang apa yang terjadi antara keluarga mereka dan keluarga Lulu. Kemudian Lulu agak terperanjat, dan mengatakan “jangan benci ibumu, maafkanlah dia, karena saya (Lulu) juga sudah memaafkan Dan (suaminya), ayahmupun sudah memaafkan ibumu. Suamiku dan ibumu telah berbuat kesalahan”.
Gedubrak, Dr. Frasier bengong, oh ternyata yang selingkuh adalah ibunya, bukan ayahnya, kenapa ayahnya mengakui pada dia dan adiknya pada malam itu ketika mereka tanyakan.

Kemudian keesokan harinya Dr. Frasier mengatakan kepada ayahnya, bahwa Lulu telah mengatakan yang sebenarnya bahwa yang berselingkuh adalah ibunya, bukan ayahnya. Untuk menghibur ayahnya, Frasier juga menyebutkan rahasia antara dia dengan Lilith, istri yang telah diceraikannya, bahwa dulu Lilith juga berselingkuh, sehingga Frasier bisa memahami betapa sakit terasanya.
Namun kemudian Frasier menanyakan “kenapa ayah akui begitu saja, kenapa ayah tidak mengatakan terus terang bahwa ibulah yang berselingkuh?” Martin Crane menukas, “aku tidak mau engkau membenci ibumu, biarlah kau dan aku saja yang bermasalah, lagipula apakah kau akan mengatakan kepada Phillip (anak Dr. Frasier yang ikut dengan mantan istrinya) setelah ia besar nanti bahwa ibunya berselingkuh?”
Terang maksudnya walaupun itu kalimat tanya, namun artinya bahwa “aku tidak akan mengatakan bahwa ibumu berselingkuh, seperti juga engkau tidak akan mengatakan kepada anakmu setelah dia besar nanti bahwa ibunya berselingkuh”.
Namun Frasier hanya terdiam saja sambil merenung, entah apa yang dipikirkannya.

Nah, seandainya anda adalah Dr. Frasier Crane, apakah anda akan mengatakan yang sebenarnya kepada anak anda yang suatu saat mungkin akan datang kepada anda dan menuduh bahwa andalah yang berselingkuh? Padahal istri andalah yang berselingkuh. Apa reaksi dan dan jawaban anda?

Read more »